Ini Solusi Tekan Rentenir di Abdya dari DPRK, Pihak Bank Tolong Dicatat

Perbankan diminta tidak lupa tanggung jawab sosialnya.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Barat Daya (Abdya) Juli Nardi meminta kepada pihak Bank untuk menyisihkan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk modal usaha untuk para pedagang di pasar tradisionil.


Anggota Komisi A DPRK Abdya Juli Nardi. Foto: Muharryadi

    BLANG PIDIE - Juli Nardi berharap modal usaha tersebut juga salah satu bentuk untuk antisipasi memperkecil gerakan rentenir di Abdya.

    "Pihak bank harus ada inisiatif agar dana CSR di sisihkan untuk modal usaha para pedagang" pintanya.

    Juli menambahkan, dengan adanya modal usaha dari sumber dana CSR, para pedagang dapat mengurangi beban. Apalagi saat dagangannya sepi. Sehingga pendapatannya bisa mencukupi kebutuhan lainnya.

    "Untuk mengurangi Oprasional rentenir, pihak perbankan pedulilah, menyisihkan CSR memberikan modal kepada pedagang pedagang," pinta Juli kepada Times.id, Minggu (26/6).

    Bank juga harus berpartisipasi aktif, tidak hanya dalam tugasnya mencari nasabah dan kreditur, namun juga tanggung jawab sosialnya.

    "Sejauh mana kepedulian Bank di Abdya terhadap persoalan modal usaha untuk antisipasi rentenir," paparnya.

    Politisi dari partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini meminta kepedulian perbankan di kabupaten Abdya, untuk mengantisipasi gerakan rentenir.

    Seperti diketahui, praktik rentenir adalah masalah sosial klasik di tengah masyarakat. Di satu sisi, ia memberikan kemudahan bagi masyarakat yang membutuhkan dana mendesak tanpa persyaratan yang rumit seperti meminjam uang di bank.

    Ia datang seperti malaikat, ketika masyarakat dalam kesulitan. Namun, kebaikan itu tidak lama. Karena yang berhutang akan terus dihantui oleh rentenir dengan jeratan bunga pinjaman yang tinggi.

    Jika menunggak, tak sedikit masyarakat yang menjadi sasaran ancaman dan kekerasan. Misalnya di salah satu rumah makan di Jalan Pahlawan Blang Pidie, Aceh Barat Daya, Senin, (13/6) lalu.

    Rumah makan tepat di depan Bank Aceh diduga diobrak-abrik oleh 5 orang perempuan debt collector rentenir.