Meneladani Sahabat Abu Dzar, Aktivis Anti-Korupsi yang Getol Melancarkan Kritik Kepada Kekhalifahan

Salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang getol menyebarkan Gerakan anti-korupsi adalah Abu Dzar.

Kultum Anti Korupsi. FOTO: IST

Semasa hidupnya, Abu Dzar diketahui sering melakukan kritik terhadap penyalahgunaan anggaran yang dilakukan kekhalifahan. Sasaran kritiknya pun tidak tanggung-tanggung. Khalifah Usman bin Affan dan Muawiyah bin Abi Sufyan adalah dua sosok yang pernah dikritik oleh Abu Dzar.

Abu Dzar juga menolak konsep Malul-llah (harta Allah) dan menggantinya dengan konsep Malul Muslimin (Harta kaum muslim). Menurutnya, hanya dengan cara itu seorang penguasa tidak semena-mena dalam menggunakan harta rakyat.

Pernah suatu Ketika, Abu Dzar mengkritik Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan yang memberikan 300.000 dirham (kira-kira setara dengan 45 miliar) kepada Marwan bin Hakam dan 300.000 dirham lagi kepada Al-Harits bin Al- Hakam bin Abi Al-‘Ash.

Karena menurutnya hal itu tidak punya landasan dan tidak dapat dibenarkan, maka Abu Dzar kemudian mengeluarkan statemen teguran, “Gemberikanlah orang-orang yang menimbun harta dengan siksa yang pedih”.

Abu Dzar lalu membaca surat al-Taubah ayat 34;

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ الْاَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُوْنَ اَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُوْنَهَا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙفَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.”

Karena teguran itu, Abu Dzar kemudian dipanggil menghadap Khalifah Usman dan diinterogasi terkait pernyataannya tersebut.

Dengan lantang, Abu Dzar mengatakan, “Apakah Utsman melarang aku dari membaca kitab Allah dan mengabaikan orang yang meninggalkan perintah Allah? Demi Allah, memilih keridlaaan Allah lebih aku sukai dan lebih baik sekalipun aku dibenci ‘Utsman daripada mendapat ridla ‘Utsman tapi dimurkai Allah.”

Sasaran kritik berikutnya dari Abu Dzar adalah Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan. Mu’awiyah didapati per- nah memberikan 300 dinar (sekitar 510 juta) kepada Abu Dzar.

Tentu saja Abu Dzar menolak sembari berkata, “Jika uang ini adalah gaji yang tidak kalian berikan kepadaku di tahun-tahunku, maka aku akan menerimanya. Sebaliknya, jika akan menjadi malapetaka, maka aku ti- dak membutuhkannya.”

Selang beberapa hari, Mu’awiyah lalu mengutus Maslamah al-Fahri membawa 200 dinar (sekitar 340 juta untuk diberikan kepada Abu Dzar. Ia tetap menolaknya sembari berkata, “Apa kamu tidak menemukan orang yang lebih membutuhkan daripada aku sehingga engkau membawakanku harta,” kata Abu Dzar kepada Masalamah.

Tak hanya sekali itu Abu Dzar menyampaikan kritiknya terhadap Muawiyah. Ketika Mu’awiyah membangun istana megah di Damaskus, Abu Dzar juga menegurnya. Ia berkata kepada Mu’awiyah, “Wahai Mu’awiyah, jika istana ini dibangun dari harta Allah, berarti engkau telah berkhianat. Tapi, jika istana ini dibangun dari hartamu, maka engkau berlebihan.”

Mu’awiyah lalu terdiam. Abu Dzar melanjutkan perkataannya, “Demi Allah, apa yang aku lihat tidak ada dalam kitab Allah, juga dalam sunnah Nabi. Demi Allah, aku melihat kebenaran telah padam, kebatilan mulai menyala, kejujuran didustakan, egoisme yang tidak didasari taqwa, dan kebaikan telah dikalahkan”.

Abu Dzar adalah sosok yang mungkin akan sangat jarang kita temukan. Kekuatan prinsipnya pada nilai-nilai kebaikan, membuatnya teguh untuk tidak menerima uang yang berasal dari sumber yang tidak jelas. Maka sudah sepatutnya kita semua meneladani beliau.