Latihan Berintegritas Ala Rasulullah SAW: Menghindari Fitnah dan Syubhat!

Cara selanjutnya yang dilakukan Rasulullah SAW untuk menanamkan integritas dalam diri umatnya adalah selalu bergerak dalam koridor syariat dan berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari fitnah atau sesuatu yang masih kabur nan buram.

ILUSTRASI

Terkait ini, Rasulullah SAW bersabda sebagaimana yang diriwayatkan Imam Muslim:


“Perkara yang boleh jelas, dan perkara yang haram jelas. Di antara keduanya ada perkara-perkara yang samar. Banyak orang yang tidak mengetahuinya. Orang yang menjaga diri dari melakukan perkara yang masih samar itu, maka dia telah membersihkan agama dan harga dirinya.”


Dalam hadis ini, Rasulullah SAW mengajak umatnya untuk menjauhi perkara yang dilarang (haram). Se- lain itu, Rasulullah SAW juga mengajak umatnya untuk menghindari perkara yang belum jelas kehalalannya. 


Menghindari perkara yang belum jelas merupakan bentuk menjaga diri agar tidak terjatuh dalam perkara yang dilarang.


Dalam dunia kerja, ada peraturan. Mentaati peraturan merupakan sebuah kewajiban. Namun kita harus akui, tidak semua hal detail dijelaskan dan diatur dalam sebuah peraturan. 


Seseorang yang licik selalu dapat menemukan cara menyiasati peraturan yang ada. Dan saat itulah, tanpa ia sadari, ia terjerumus ke dalam ru- ang abu-abu dan berjarak semakin dekat dengan hal-hal yang diharamkan agama.


ILUSTRASI   


Terkait sikap semacam ini, Rasulullah SAW memberikan contoh. Dalam sebuah riwayat Imam al-Bukhari, ada kisah;


Shafiyah –istri Rasulullah SAW, datang menemui Nabi SAW di Masjid saat beliau iktikaf di sepuluh hari ter- akhir bulan Ramadhan. Shafiyah dan Nabi Muhammad SAW berbincang sebentar. Shafiyah kemudian berdiri dan ingin kembali pulang. 


Nabi Muhammad SAW lalu turut berdiri dengan maksud untuk mengantar Shafiyah. Ketika sampai di pintu Masjid, dua orang lelaki Anshar sedang lewat.


Keduanya mengucapkan salam kepada Nabi SAW. Nabi kemudian berkata, “Berhenti sebentar kalian berdua. Perempuan ini adalah Shafiyah binti Huyay.” Keduanya kemudian berkata, “Subhanallah, wahai Rasulullah! Kata-kata itu berat bagi keduanya.” Nabi SAW bersabda, “Setan mengalir dalam diri manusia melalui jalur darah. Saya khawatir dia menaruh sesuatu dalam hati kalian berdua.”


Coba lihat bagaimana Rasulullah SAW betindak dan bersikap. Beliau memberikan penjelasan terkait kondisi dan situasinya karena khawatir akan muncul prasangka buruk dari kedua sahabatnya.


Memang begitulah seorang pemimpin. Mereka harus mencegah diri melakukan hal-hal yang dapat mela- hirkan prasangka buruk dalam hati rakyatnya. Seorang hakim tidak diperbolehkan melakukan kontak dengan orang yang memiliki kasus persidangan. 


Demikian juga seorang pejabat, tidak boleh terlibat dalam hubungan gelap dengan orang-orang yang memiliki kepentingan.


Apalagi korupsi, yang jelas-jelas melanggar aturan dan menyimpan maksud yang tidak sesuai dengan amanat yang seseorang emban.


***