Baru Datang Setelah 3 Tahun Diundang Mega, Cak Nun Cerita Mimpinya Tentang PDIP

Kesediaan budayawan Emha Ainun Najib atau karib disapa Cak Nun menghadiri acara yang digelar PDIP, Minggu (10/4) malam WIB mengundang pertanyaan dan kecurigaan banyak pihak. Karena Cak Nun selama ini dikenal cukup kritis kepada pemerintah termasuk partai berkuasa.

Emha Ainun Najib saat ceramah di acara Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (10/4) malam WIB.


JAKARTA - Acara yang digelar oleh Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan (BKN PDIP) itu diberinama Sinau Bareng Cak Nun & Kiai Kanjeng. Dalam poster di panggung acara, terpampang foto Cak Nun dan Foto Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Soekarno.


Namun adalah Puan Maharani bersama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang terlihat mendampingi Cak Nun dalam acara yang digelar di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan ini.


Setelah beberapa pertunjukan, Cak Nun akhirnya "buka kartu". Bahwa ia dimarahi banyak orang karena bersedia menghadiri acara partai berlogo kepala Banteng ini.


"Saya ini kan bingung, dimintai Kiai Kanjeng ke sini kan bingung. Kan dimarahi banyak orang," ungkap Cak Nun di atas panggung.


"Tadi saja di medsos dimarahi, oh Cak Nun menjilat mba Mega," sambungnya yang sontak hadirin tertawa. "Gitu kan?" tanya Cak Nun memastikan pengakuannya.


"Lho yang ngundang mba Mega, berarti Mba Mega yang jilat saya," tutur Cak Nun, yang kembali memancing gemuruh tawa hadiri. "Betul ndak?" tanya dia lagi.


Cak Nun kemudian memastikan, bahwa acara Sinau tersebut tidak ada urusannya dengan jilat-menjilat. Menurutnya, kesediaannya hadir di acara PDIP adalah urusan cinta Tanah Air, cinta bangsa, dan cinta rakyat.


"Kemudian saya sangat kebingungan, Bu Mega itu, Bu Puan sudah sekitar 3 tahun yang lalu dhawuhi saya untuk datang ke sini. Dan itu baru tercapai pada malam ini," ingat Cak Nun.


Ia lalu, menceritakan bagaimana pergolakan batinnya yang luar biasa untuk menjawab undangan putri proklamator itu. Hingga ia shalat istikharah, meminta petunjuk Allah. Hingga ia bermimpi.


"Saya wiritan serius dan saya kemudian bermimpi kira-kira seminggu yang lalu, bahwa saya pergi keliling dunia, kemudian saya pulang ke Indonesia ketemu cakrawala di senja hari. Terhampar kain yang sangat panjang, tulisannya: PDI Pengayoman. Bukan perjuangan," cerita Cak Nun.


Pasangan dari Novia Kolopaking ini kemudian mencoba memaknai arti dari kata pengayoman yang ada di mimpinya tersebut. 


"Karena PDI Perjuangan sudah dulu. Sekarang sudah jaya, sudah lega hatinya, sudah menang berkali-kali. Betul ndak?" ucapnya.


Ia menilai, PDIP sudah pada saatnya menjadi partai yang mengayomi seluruh komponen masyarakat, hingga ke lapisan terbawah. 


"Sekarang saatnya adalah PDI Pengayoman. Semua rakyat Indonesia diayomi oleh PDIP. Wong cilik semua diayomi oleh PDIP," tuturnya.


Cak Nun kemudian mengaitkan makna pengayoman dengan kata-kata yang ada di 3 ayat pertama Surat An-Nas. Yakni, Rabbinnas, Malikinnas dan Ilahinnas.   


"Kalau anda jadi Dandim, kalau anda jadi pejabat, kalau anda jadi nomor 1 itu pengayoman. Rabbun, Rububiyah. Qul a'udzu birabbinnas dulu, kalau nanti ngeyel yang kamu ayomi itu, tunjukkan aku ini pejabat. Aku ini malikinnas gitu lho. Aku ini punya otoritas, sah, konstitusional," jelasnya.


"Jadi PDIP sudah sampai pada taraf yang paling puncak yaitu kewajiban untuk rububiyah. Kewajiban untuk mengayomi semua yang lain," pungkasnya. 


****

Ikuti perkembangan berita lainnya, dengan cara klik akun Instagram TIMES, lalu pencet tombol follow. Semakin banyak yang follow, maka kami akan semakin bersemangat mencari dan menyuguhkan berita lucu, penting, dan menarik untuk anda.

****