Anti-Korupsi dan Implementasi Tiga Sifat Nabi; Shiddiq, Amanah, Fathonah

Nabi Muhammad Saw sejak remaja sudah dikenal sebagai orang jujur. Beliau sangat konsisten atas sikap ini sehingga mendapatkan gelar al-Amin (orang terpercaya) dari masyarakat sekitarnya. 


ILUSTRASI  

Kejujuran beliau berawal dari saat mengikuti pamannya untuk berdagang. Cara dan trik berdagang beliau itulah yang membuat beliau dikenal sebagai orang jujur.


Kejujuran baginda Nabi Muhamamd SAW tidak hanya diakui oleh masyarakat Mekkah selaku daerah kelahiran sekaligus tempat pertama Nabi menyebarkan agama Islam. Masyarakat Madinah juga demikian saat pertama kali melihat Nabi tiba di Madinah. 


Hal ini misalnya sebagaimana pernyataan Abdullah bin Salam yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, bahwa Abdullah bin Salam tidak melihat wajah pembohong di dalam diri Nabi SAW saat pertama kali melihatnya.


Pernyataan ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW selaku seorang utusan Allah Swt sangat dapat dipercaya. Nabi selalu bersikap jujur atas apa saja yang diterimanya dari malaikat Jibril. Hal inilah yang menjadikan beliau disifati dengan Shiddiq, yaitu orang jujur dalam hal apa pun, apalagi yang berkaitan dengan wahyu ilahi.


Konsistensi sikap ini beliau lanjutkan saat mendapatkan mandat dari Allah SWT untuk menyampaikan wahyu kepada seluruh umat manusia, khususnya masyarakat Jazirah Arab pada waktu itu. 


Setiap kali beliau mendapatkan wahyu dari malaikat Jibril, beliau langsung meneruskan pesan tersebut terhadap umatnya pada waktu. Dengan kata lain, beliau tidak pernah menambahkan atau mengurangi sedikit pun atas setiap wahyu yang diterimanya.

ILUSTRASI


Artinya, sikap jujur yang ada di dalam diri beliau berbanding lurus dengan sikap amanahnya. Meskipun Nabi dilecehkan, didiskriminasi, bahkan diancam nyawanya, Nabi tetap konsisten dengan sikapnya yang jujur dan amanah atas wahyu yang dimandatkan kepadanya. 


Para sahabat pun dengan totalitas selalu menolong dan melindungi beliau. Mereka tidak pernah hitung-hitungan soal keluarga dan harta selama itu semua demi memperjuangkan agama yang dibawa Nabi.


Itu semua tentunya dampak dari kedua sikap Nabi SAW di atas yang selalu konsisten. Dan tentunya, kedua sikap itu secara naluriah beriringan dengan kecerdasan beliau, atau yang disebut dengan fathonah. 


Bahkan sifat yang terakhir ini menjadi semacam pemandu untuk mengimplementasikan sikap jujur dan amanah tadi. Melalui sifat ini, Nabi Muhammad SAW selalu mendapatkan solusi jitu untuk senantiasa mewujudkan kedua sikap tersebut.

Dengan demikian, dapat dikatakan kalau ketiga sifat ini saling berkelindan satu sama lain. Keterkaitan ini memiliki koneksi yang terejawantahkan dalam laku-sabda baginda Nabi SAW. 


Maka wajar kiranya jika para pengikut beliau begitu totalitas mentaati dan mengikuti apa yang dilakukan beliau. Sebab mereka percaya bahwa segala sesuatu yang bersumber dari Nabi pasti baik. Apalagi diperkuat oleh ayat yang berbunyi:


وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى  (٣

اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ - (٤

 

“dan tidaklah apa yang diucapkannya (Muham- mad) berdasarkan hawa nafsunya, ucapannya dia itu tidak lain hanyanya berdasarkan wahyu yang diwahyukan.” (QS. al-Najm: 3-4).


Berdasarkan uraian di atas, sudah sepatutnya para pemangku kebijakan meniru sifat-sifat baginda Nabi SAW tersebut. Dengan begitu, maka tidak mungkin mereka melakukan hal-hal yang dapat merugikan rakyatnya.


Saat sifat-sifat itu terprogram ke dalam dirinya, maka perbuatan semacam korupsi tentu tidak akan berani dilakukan.


Selaku perbuatan yang dapat merugikan banyak orang, perbuatan korupsi seringkali dilakukan atas dasar ketidakjujuran dan tidak amanah. Mereka lebih memilih memperkaya diri sendiri dengan mengambil uang yang bukan haknya. Mereka begitu rakus dan haus untuk terlena dengan gelimang harta, sehingga cara tercelah pun ditempuhnya.


Oleh karenanya, bila ada di antara kita yang masih belum diberikan kekuasaan, atau bahkan sudah diberikan, maka mulai saat ini mesti menanamkan di dalam diri kita untuk berupaya seoptimal mungkin meneladani sifat-sifat Nabi di atas, sehingga kita bukan hanya saja menjauhkan diri terhadap perbuatan korupsi, melainkan bahkan tidak pernah kepikiran untuk melakukan perbuatan tercela tersebut. 


Semoga kita benar-benar dijauhkan dari perbuatan haram ini agar kehidupan kita dan kelu- arga kita semakin berkah.