Gak Mau Kalah Sama Malaysia & Singapura, Indonesia Bangun Ini Di Perbatasan

Di saat negara tetangga yakni Malaysia dan Singapura sudah punya bangunan permanen, Indonesia hanya ditandai dengan pelampung kecil di perbatasan. Tapi kini gak lagi.

MENEROPONG - Mendagri Tito sambil memegang teropong menunjuk ke depan, sementara Wamenhan M Herindra disampingnya tampak serius memperhatikan. FOTO: KEMENHAN


JAKARTA - Karena, pelampung kecil sejenis buoy itu mulai diganti dengan struktur permanen. Yakni mercusuar dan helipad. 


Kini pembangunannya sedang dikebut. Lokasinya ada di Karang Singa di perairan utara Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, Batam. 


Pulau Karang Singa terletak di Selat Malaka, salah satu yang jalur lalu lintas laut terpadat di dunia sehingga harus dijaga dan diberi tanda bahwa itu merupakan wilayah NKRI. 


Di perbatasan internasional ini, negara Singapura telah menguasai teritorial Batu Putih (Pedra Branca). Negara Malaysia sudah menguasai Karang Tengah (Middle Rock). 


Semula, pembangunan struktur permanen ini dibangun oleh Kementerian Pertahanan. Kemudian akan dilanjutkan oleh Kementerian Perhubungan. 


Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) M Herindra dan Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Aan Kurnia turun langsung meninjau pembangunan tersebut.


Menurut Herindra, bangunan permanen di perbatasan ini punya peran penting bagi Indonesia.


"Kita tidak ingin kejadian sengketa antara Indonesia dan Malaysia terkait perebutan Pulau Sipadan dan Ligitan yang akhirnya dimenangkan Malaysia di Mahkamah Internasional pada 2002 terulang,” ujar Wamenhan Herindra, Kamis (13/1).


"Tak boleh ada lagi sejengkal tanah yang boleh diambil oleh negara lain, kita harus tunjukkan kedaulatan kita," lanjutnya. 


Sementara Mendagri Tito mengatakan poin penting pembangunan mercusuar ini adalah mengimbangi infrastruktur yang telah dibangun pemerintah Malaysia yang telah membangun struktur permanen dan helipad di wilayah Middle Rock.


Sedangkan di Pulau Karang Singa hanya ada pelampung yang ukurannya kecil. "Poin pentingnya adalah jangan jomplang. Di Malaysia mereka sudah membangun struktur permanen, sementara wilayah kita itu hanya ada 'buoy' saja. Belum permanen," kata dia.