8 Warga Nias Masuk Islam Di Abdya, 4 Lagi Menyusul
Sebanyak 8 warga Nias, Sumatera Utara mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid At-Taqwa Manggeng, Kabupaten Aceh Barat Daya, Sabtu (12/9).
MANGGENG - Fatimah (39 tahun) mengulang beberapa kali kalimat syahadat beserta artinya. Ia dibimbing imam masjid At-Taqwa Said Firdaus. Momen pensyahadatan ini ikut disaksikan Kepala Desa, Camat, Danramil, Kapolsek dan masyarakat setempat.
Pria bertubuh gempal ini duduk sendiri di sayap kanan masjid. Mengenakan kaos merah marun dan peci hitam, Arbulan mengikuti acara pensyahadatan itu dengan khidmat.
Prosesi pensyahadatan 8 warga Nias di Masjid At-Taqwa Manggeng, Aceh Barat Daya. Foto: IST |
Seorang balita perempuan yang mengenakan kerundung, tampak bersandar di sampingnya. Sesekali ia merangkul Fatimah. Anak yang paling kecil ini bernama Mariani. Usianya 3 tahun.
Enam lainnya juga perempuan. Ada yang mengenakan kerudung, ada yang mengenakan mukena. Masing-masing bernama Nidar Ratna Ayu (18 tahun), Iren Cantika (17 tahun), Muliani (13 tahun), Mutia (11 tahun), Amalia (9 tahun) dan Imel (4 tahun).
"Ke 7 perempuan itu anaknya (Fatimah)," kata Arbulan (43 Tahun), abang kandung Fatimah.
Arbulan yang ikut menyaksikan adiknya mengucapkan syahadat, mengaku berasal dari Nias, Sumatera Utara. Namun, kini ia berdomisi di Kuta Trieng, Labuhan Haji Barat.
"Tapi KTP masih di Gampong Teungoh (Manggeng)," ungkapnya.
Dia bilang, sang adik sebelumnya memang beragama Islam. Karena itu, namanya Fatimah. Tidak berubah sampai sekarang. "Sebelumnya Islam, tapi dapat suami Kristen," tuturnya.
Arbulan (kiri, kaos merah marun) abang kandung Fatimah ketika menghadiri prosesi pensyahadatan. Ia tampak tengah berbincang-bincang dengan masyarakat dan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Blang Pidie Khairul Huda (kanan) yang ikut menghadiri acara tersebut. Foto: IST |
"Dia (Fatimah) datang dari Sidempuan (Sumut). Lalu dalam perjalanan ke sini habis uang di Sidikalang. Muhammadiyah di Subulussalam yang membantu membawa mereka sampai di Manggeng ini. Muhammadiyah Subulussalam yang membantu. Makanya gak bisa dibawa ke tempat lain utk pensyahadatan," kisahnya.
Fatimah tinggal cukup lama di Padang Sidempuan. Ia dibawa merantau jauh ke tengah hutan oleh suaminya. "Karena suaminya hobi membongkar hutan," imbuh Arbulan.
Keputusan kembali memeluk Islam, datang dari keinginan Fatimah sendiri. Tanpa paksaan. Bermula dari keinginan Fatimah untuk pindah ke Aceh.
"Jadi kubilang, kalau masuk ke Aceh, di sini enggak ada yang Kristen. Harus masuk islam. Benar-benar taubat dengan islam. Maka terjadilah pensyahadatan hari ini," lanjut Arbulan.
Fatimah, terang Arbulan belum bercerai dengan suaminya. "Belum cerai, akan ada gelombang kedua. Suaminya juga mau masuk Islam," ungkap dia.
Masih ada 3 anak lagi bersama suami Fatimah. Dua diantaranya sudah menikah. Semua rencananya mau memeluk agama Islam.
Camat Manggeng Hamdani mengatakan pihaknya dan instansi terkait akan mengupayakan sekolah untuk anak-anak Fatimah dan tempat tinggal. Selama ini, belum ada satupun anak Fatimah yang sekolah. Karena tinggal di tengah hutan Padang Sidempuan.
Kapolsek Manggeng, Fauzi Adha menyerahkan bantuan sembako kepada Fatimah, seusai mengucapkan syahadat di Masjid At-Taqwa Manggeng, Aceh Barat Daya, Sabtu (12/9). Foto: IST |
"Kita coba koordinasi dengan dinas. Ini tanggung jawab bersama. Apalagi Baitul Mal itu tadi mau membuat persatuan muallaf Aceh Barat Daya. Ke depan sekarang penetapan adm-nya dulu. Baru penetapan tempat tinggalnya. Sekarang mereka masih tinggal dengan saudaranya," tutupnya.
Posting Komentar