Menjelang Imlek, Berikut Fakta Unik dari Pecinan Lasem yang Terletak di Rembang Jawa Tengah

Pemukiman China yang terletak di Lasem sudah ada sejak tahun 1294-1527 Masehi
Menjelajahi kota bisa jadi salah satu kegiatan mengasyikkan yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu liburan di akhir pekan.

Old Town Heritage Lasem, Foto: Instagram @heritage.trip_lasem

REMBANG – Bagi para wisatawan yang bosan dengan suasana liburan di wisata alam dan berlibur ke wahana permainan, melakukan kegiatan jelajah kota tentunya memberikan pengalaman yang berbeda.

Selain melakukan kegiatan ini untuk menikmati liburan, menjelajahi kota juga bisa belajar tentang sejarah asal-usul suatu daerah, contohnya daerah Lasem yang berada di Rembang.

Salah satu kawasan yang sering dijadikan destinasi jelajah kota oleh wisatawan adalah daerah Lasem, sebuah kecamatan di Rembang, Jawa Tengah. Di kawasan ini terdapat bangunan tua dengan nuansa dan sentuhan arsitektur Tiongkok. Tempat ini jadi saksi bisu dari peradaban bangsa Tiongkok yang mendarat di pulau Jawa.

Menjelang imlek, alangkah lebih baik mengenal dan menjelajahi Pecinan di Lasem, yaitu sebuah pemukiman orang China yang populer di Rembang, agar suasana ketika Hari Raya Imlek lebih terasa.

Baca Juga: Rekomendasi 3 Wisata Bahari Terpopuler di Wonogiri Jawa Tengah 

Lasem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Terletak di jalur Pantai Utara Jawa (Pantura) yang selalu ramai, siapa yang sangka jika kawasan Lasem ini seperti permata tersembunyi yang jarang diketahui orang.

Hampir di setiap sudut Lasem dipenuhi dengan bangunan tua yang punya sejarah panjang yang tak dapat dipisahkan dari perkembangan daerah Lasem. Bangunan tua bersejarah tersebut berdiri dengan gaya khas Tiongkok. Maka tak heran, jika Lasem disebut sebagai mini Tiongkok.

Tumbuhnya pemukiman Tiongkok di Lasem dikarenakan pada abad ke-14 sampai 15 Masehi daerah tersebut jadi tempat pendaratan pertama bagi pedagang China di pulau Jawa.

Dari rombongan orang China yang datang ke Lasem, ada yang pergi ke Sampotoalang (Semarang), ada juga yang ke Ujung Galuh (Surabaya), tetapi ada juga yang tinggal lalu mendirikan perkampungan di Lao Sam (Lasem).

Kedatangan para pedagang dari China ini diperkuat ketika Laksamana Cheng Ho, yang merupakan utusan Kaisar China pada masa Dinasti Ming, datang dan bertemu dengan Raja Majapahit sebagai utusan politik untuk membina dan menjalin hubungan bilateral dalam bidang budaya dan perdagangan. Lalu mereka diberi hak atau mendapatkan legitimasi untuk berniaga serta menetap di kawasan pesisir utara Pulau Jawa.

Menurut seorang orientalis berkebangsaan Belanda, Nicolas Johannes Krom mengatakan, pemukiman China yang terletak di Lasem sudah ada sejak tahun 1294-1527 Masehi. Hal ini kemudian dapat dibuktikan dengan adanya bangunan kuno dan pemukiman Tionghoa di sepanjang jalur perdagangan Sungai Babagan Lasem, yang dulu menjadi akses utama sebagai penghubung laut dan darat, juga menjadi pusat perekonomian yang strategis.

Bagi wisatawan yang menyukai wisata sejarah, Lasem merupakan destinasi wisata yang tentunya sangat disayangkan jika dilewati begitu saja. Ada banyak bangunan tua di Lasem yang wajib masuk dalam list wisata.

Baca Juga: Rekomendasi 3 Destinasi Wisata Alam yang Lagi Populer di Boyolali Jawa Tengah 

Salah satu contohnya adalah Klenteng Cu An Kiong, bangunan ini disebut sudah berdiri selama ratusan tahun. Dibangun pada abad ke-13, Kelenteng Cu An Kiong dianggap sebagai kelenteng tertua di Lasem bahkan di Pulau Jawa.

Sebagai bangunan tua yang sudah berdiri sejak lama, tentu memiliki berbagai cerita dan sejarah yang cukup panjang. Di Klenteng Cu An Kiong terdapat altar khusus yang dipersembahkan untuk Raden Panji Margono, seorang pahlawan Perang Kuning.

Menurut sejarahnya, konon tokoh-tokoh perjuangan Lasem menyusun strategi untuk memberontak melawan Belanda di klenteng ini. Pintu masuk klenteng ini dihiasi patung Bi Nang Un dan Na Li Ni yang konon ceritanya mengajarkan membatik kepada masyarakat.

Ada juga Lawang Ombo, rumah sederhana bergaya Tionghoa yang dibangun pada tahun 1860-an. Tidak ada yang aneh ketika melihat rumah ini, tetapi rumah ini menyimpan fakta unik, bahwa rumah ini dulunya adalah sebuah gudang candu milik seorang Tionghoa yang memasok opium di sepanjang pantai utara. Opium ini diselundupkan melalui terowongan bawah tanah yang terhubung dengan Sungai Lasem.

Walaupun di daerah tersebut terdapat orang China, akan tetapi kawasan Lasem juga dikenal dengan kawasan santri. Uniknya, antara warga Tionghoa dan para santri tampak begitu akur dan saling berbaur.

Contoh salah satunya seperti perayaan Imlek tahun 2022 lalu, di saat warga Tionghoa melaksanakan sembahyang di klenteng, sementara itu sebuah pesantren mengadakan diskusi tentang budaya bertema Imlek dalam bingkai kebersamaan, upaya merajut tenun kebangsaan.

Di pesantren asuhan Gus Zaim yaitu Pondok Pesantren (Ponpes) Kauman Lasem, suasana dan nuansa Imlek juga terasa, namun dibungkus dalam bentuk dialog budaya yang menghadirkan tokoh MUI Jawa Timur menjadi salah satu pemateri, H Achmad Hariyono Ong Kiem Shui.