Banyak yang Belum Tahu, Ternyata Fatmawati Jahit Bendera Merah Putih Pertama atas Bantuan Seorang Perwira Jepang

Pada saat itu hanya ada kain goni dan kain tersebut terlalu berat untuk dikibarkan sebagai bendera, sehingga Fatmawati merasa kesulitan
Hari ini, bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 2022, bangsa Indonesia akan memperingati hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan yang ke-77. Perayaan ini selalu disambut dengan penuh suka cita oleh masyarakat Indonesia. Karena, momen sejarah inilah yang telah melepaskan rakyat Indonesia dari cengkraman para penjajah yang berlangsung ratusan tahun lamanya.

Fatmawati, Penjahit Bendera Sang Saka Merah Putih. Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id

JAKARTA - Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan pada setiap peringatan hari kemerdekaan adalah Upacara bendera. Khusus di Istana Negara, upacara ini ditandai dengan menaikkan bendera Sang Saka Merah Putih.

Dalam runutan sejarah, bendera Sang Saka Merah Putih merupakan bendera yang dikibarkan pertama kali saat Proklamasi Indonesia. Bendera ini dijahit sendiri oleh Fatmawati, istri ketiga dari Presiden pertama Indonesia, Soekarno.

Dalam proses penjahitan bendera bersejarah tersebut, awalnya Fatmawati merasa kesulitan, lantaran susahnya mendapatkan kain yang bisa dijahit untuk menjadikan bendera.

Dikutip dari buku The Uncensored of Bung Karno, Abraham Panumbangan menyebutkan tentang sulitnya mendapatkan kain pada masa itu.

"Pada waktu itu hanya ada kain goni, dan kain tersebut terlalu berat untuk dikibarkan sebagai sebuah bendera,” tulis Abraham Panumbangan di buku itu pada halaman 48.

Atas kondisi tersebut, Bung Karno memberi usul kepada istrinya, Fatmawati, untuk meminta bantuan pihak lain. Supaya mereka bisa segera menjahit sebuah bendera, yang nantinya akan dikibarkan jika Indoesia merdeka.

Lalu, Soekarno pun memberi tahu kepada Shimizu, seorang perwira tentara Jepang yang juga merupakan Kepala Barisan Propaganda Jepang (Sendenbu) perihal permasalahan itu. Shimizu langsung merespon dengan mengizinkan Soekarno mengambil kain yang bisa dijahit untuk dijadikan bendera di gudang mereka.

Dilansir dari cagarbudaya.kemedikbud.go.id, usai mendapat bantuan dari Shimizu, akhirnya Bapak Proklamator itu langsung menyuruh Chaerul Basri untuk mengambil kain dari gudang di Jalan Pintu Air untuk diantarkan ke Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.

Setelah mendapat kain tersebut, Fatmawati pun langsung menjahitnya menjadi sebuah bendera, yang kemudian dikibarkan pertama kali oleh Latief Hendraningrat dan Suhud saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, yang kini sudah dirubah menjadi Jalan Proklamasi, Jakarta.