Ransomware: Ancaman Digital yang Mengintai Keamanan Data
Ancaman siber mematikan, kunci data Anda, dan tuntut tebusan tinggi
Dunia digital terus menghadapi ancaman dari serangan siber, salah satunya adalah ransomware. Apa sebenarnya ransomware dan seberapa besar dampaknya?
TIMES.id - Ransomware adalah sejenis malware yang mengunci atau mengenkripsi data korban, kemudian meminta tebusan agar akses data tersebut dapat dikembalikan.
Microsoft menjelaskan bahwa serangan ini tidak hanya menargetkan individu, tetapi juga organisasi besar dengan tingkat kerumitan yang semakin meningkat, dikutip dalam laman resminya, Senin 23 Desember 2024.
Belakangan ini, ransomware yang dioperasikan secara manual oleh manusia atau human-operated ransomware semakin banyak terjadi. Penyerang menggunakan data yang telah mereka kumpulkan untuk menyusup ke jaringan perusahaan.
Dalam beberapa kasus, mereka bahkan memanfaatkan dokumen internal untuk menentukan besarnya tebusan.
Berdasarkan cara kerjanya, ransomware dibedakan menjadi dua jenis utama, seperti dikutip dari laman csirt.polri.go.id.
1. Encrypting Ransomware
Ransomware ini mengenkripsi file atau folder penting milik korban. Data hanya dapat diakses kembali setelah tebusan dibayarkan. Contoh ransomware jenis ini meliputi WannaCry, CryptoWall, dan CryptoLocker.
2. Locker Ransomware
Ransomware ini tidak mengenkripsi file, melainkan mengunci perangkat korban. Target bisa berupa file, perangkat, bahkan perangkat keras seperti keyboard atau mouse. Contoh ransomware ini, Winlocker dan Reveton.
Jenis ini tergolong ancaman tingkat rendah yang dapat diatasi dengan penghapusan script, sehingga tebusannya relatif lebih kecil.
Indonesia juga menjadi sasaran serangan ransomware. Pada Juni 2024, ransomware Brain Cipher, yang merupakan turunan Lockbit, melumpuhkan Pusat Data Nasional (PDN).
Akibatnya, beberapa layanan pemerintah, termasuk imigrasi, terganggu. Sistem yang biasanya dikelola secara elektronik terpaksa dilakukan secara manual, menyebabkan penurunan efisiensi pelayanan.
Serangan ransomware, pengingat bahwa keamanan digital harus menjadi prioritas utama. Tidak hanya individu, tetapi juga organisasi perlu meningkatkan sistem perlindungan untuk menghindari dampak yang lebih besar di masa depan.
Ilustrasi Ransomware. Foto: pixabay/@Arkadiusz Warguła |
TIMES.id - Ransomware adalah sejenis malware yang mengunci atau mengenkripsi data korban, kemudian meminta tebusan agar akses data tersebut dapat dikembalikan.
Microsoft menjelaskan bahwa serangan ini tidak hanya menargetkan individu, tetapi juga organisasi besar dengan tingkat kerumitan yang semakin meningkat, dikutip dalam laman resminya, Senin 23 Desember 2024.
Belakangan ini, ransomware yang dioperasikan secara manual oleh manusia atau human-operated ransomware semakin banyak terjadi. Penyerang menggunakan data yang telah mereka kumpulkan untuk menyusup ke jaringan perusahaan.
Dalam beberapa kasus, mereka bahkan memanfaatkan dokumen internal untuk menentukan besarnya tebusan.
Berdasarkan cara kerjanya, ransomware dibedakan menjadi dua jenis utama, seperti dikutip dari laman csirt.polri.go.id.
1. Encrypting Ransomware
Ransomware ini mengenkripsi file atau folder penting milik korban. Data hanya dapat diakses kembali setelah tebusan dibayarkan. Contoh ransomware jenis ini meliputi WannaCry, CryptoWall, dan CryptoLocker.
2. Locker Ransomware
Ransomware ini tidak mengenkripsi file, melainkan mengunci perangkat korban. Target bisa berupa file, perangkat, bahkan perangkat keras seperti keyboard atau mouse. Contoh ransomware ini, Winlocker dan Reveton.
Jenis ini tergolong ancaman tingkat rendah yang dapat diatasi dengan penghapusan script, sehingga tebusannya relatif lebih kecil.
Indonesia juga menjadi sasaran serangan ransomware. Pada Juni 2024, ransomware Brain Cipher, yang merupakan turunan Lockbit, melumpuhkan Pusat Data Nasional (PDN).
Akibatnya, beberapa layanan pemerintah, termasuk imigrasi, terganggu. Sistem yang biasanya dikelola secara elektronik terpaksa dilakukan secara manual, menyebabkan penurunan efisiensi pelayanan.
Serangan ransomware, pengingat bahwa keamanan digital harus menjadi prioritas utama. Tidak hanya individu, tetapi juga organisasi perlu meningkatkan sistem perlindungan untuk menghindari dampak yang lebih besar di masa depan.
Posting Komentar