Kisah Romantis dan Tragis dari Pecinan Pulau Kemaro yang Jadi Destinasi Wisata Terpopuler di Palembang

Saat perayaan Cap Go Meh, Klenteng Hok Tjing Rio dipenuhi ribuan orang Tionghoa.
Pulau Kemaro adalah delta kecil di Sungai Musi yang terletak sekitar 6 km dari Jembatan Ampera.

Klenteng Hok Tjing Rio, Foto: Instagram @heruprasetio99

PALEMBANG – Pulau Kemaro terletak di kawasan industri, tepatnya berada di antara Pabrik Pupuk Sriwijaya dengan Pertamina Plaju dan Sungai Gerong. Letak Pulau Kemaro agak ke timur dari pusat kota Palembang.

Pulau Kemaro ini memiliki luas kurang lebih 79 hektar, dengan ketinggian 5 mdpl. Selain punya pesona alam yang indah, Pulau Kemaro identik dengan kota Tiongkok dan masyarakat Tionghoa, serta adat dan kehidupan dan kehidupan asli masyarakat Palembang.

Pulau Kemaro dikatakan wisata sejarah sebab terdapat peninggalan-peninggalan sejarah seperti Pagoda 9 lantai, Makam Putri Sriwijaya, Klenteng Hok Tjing Rio, Kuil Budha. Selain itu, tempat ini juga terdapat pertunjukan kesenian dan ritual keagamaan, khususnya umat Tridharma.

Baca Juga: Menjelang Imlek, Berikut Fakta Unik dari Pecinan Lasem yang Terletak di Rembang Jawa Tengah 

Sejarah Pulau Kemaro terbilang unik dan sudah ada sejak masa Kerajaan Sriwijaya. Sejarah Pulau Kemaro ini begitu erat kaitannya dengan kisah putri dari Kerajaan Sriwijaya dan putra dari Kerajaan Tiongkok. Dari cerita legenda tersebut maka muncul sebuah pulau yang kemudian dikenal dengan nama Pulau Kemaro.

Pulau Kemaro memiliki arti, yakni pulau kering atau pulau yang kemarau. Karena pulau ini tidak pernah tenggelam saat Sungai Musi sedang pasang.

Pulau Kemaro menawarkan beberapa tempat wisata yang tidak bisa ditemukan di pulau-pulau lainnya. Di pulau ini para wisatawan yang berkunjung akan menemukan suasana khas Pecinan dengan pagoda yang berdiri kokoh.

Pagoda ini dikenal sebagai Klenteng Hok Tjing Rio. Saat perayaan Cap Go Meh yaitu akhir dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek, ribuan orang dari keturunan Tionghoa berduyun-duyun ke Klenteng ini untuk melakukan berbagai ritual untuk menghormati leluhur mereka.

Ada cerita unik di balik pembangunan gedung ini yang sangat mengharukan untuk disimak. Konon, di depan pagoda terdapat makam yang dibangun untuk menghormati sepasang kekasih yaitu Siti Fatimah dan Tan Bun An yang tenggelam di Sungai Musi.

Baca Juga: Rekomendasi 2 Wisata Alam Terpopuler dan Hits di Medan Sumatera Utara 

Setelah menikah di Tiongkok, Siti Fatimah dan Tan Bun An memutuskan kembali ke Palembang. Saat menyeberangi Sungai Musi, sang suami nekat menyelam untuk menyelamatkan tujuh guci pemberian orang tuanya yang tak sengaja tenggelam.

Karena tak kunjung muncul, Siti Fatimah memutuskan untuk menyelamatkan suami tercintanya. Sayangnya, kedua nyawa pasangan tersebut tak bisa terselamatkan akibat derasnya arus Sungai Musi. Kisah romantis dan tragis ini masih menjadi salah satu alasan wisatawan berkunjung ke Pulau Kemaro.

Selain bangunan pagoda yang menawan dan indah, Pulau Kemaro juga menawarkan kawasan romantis lainnya, yaitu Pohon Cinta. Seperti namanya, pohon yang satu ini memiliki keajaiban magis tersendiri bagi wisatawan yang sedang memadu kekasih dengan pasangan tercintanya.

Berdasarkan kisah romantis dan tragis yang terjadi antara Siti Fatimah dan Tan Bun An, pohon cinta merupakan simbol cinta sejati antara dua bangsa dan budaya, yakni Melayu dan Tionghoa. Mitos yang berkembang di sana adalah, siapa pun yang mengukir namanya serta nama pasangannya, hubungan asmara itu akan berlangsung harmonis hingga ke jenjang pernikahan.

Tak heran jika banyak anak muda yang datang ke Pulau Kemaro untuk membuktikan mitos tersebut. Meski harus menempuh perjalanan menggunakan perahu selama 30 sampai 40 menit melintasi Sungai Musi.