Gubernur BI Pede Ekonomi Global Pulih Berkah Sinergi Negara G20
Optimisme tersebut sejalan dengan kinerja perekonomian domestik
Pertemuan antarnegara G20 yang berlangsung pada 2022 memegang peranan penting untuk memecahkan tantangan ekonomi global yang terus meningkat.
DENPASAR - Presidensi G20 Indonesia menjadi ajang dialog, kerja sama dan koordinasi respon kebijakan antarnegara untuk mendorong pemulihan dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang kuat dan seimbang, di tengah-tengah guncangan dan tantangan yang dihadapi.
Saat ini negara-negara tengah dihadapkan pada inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan persisten, kondisi keuangan yang semakin ketat, perang Rusia melawan Ukraina, pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, dan ketidaksesuaian penawaran-permintaan semakin memperlambat prospek ekonomi global.
Meningkatnya kekhawatiran tentang harga pangan dan energi mengakibatkan tekanan biaya hidup di banyak negara, yang ikut serta menambah tekanan inflasi. Selain itu, cuaca ekstrem akibat perubahan iklim menimbulkan risiko penurunan terhadap prospek ekonomi global, dan kenaikan harga energi juga menghambat jalan menuju transisi hijau.
Gubernur BI, Perry Warjiyo pun menyampaikan apresiasi kepada anggota G20 atas inisiatif yang dilakukan. “Sejak awal presidensi, G20 telah bekerja sama untuk memajukan isu-isu global yang bersifat kritis serta mampu memberikan solusi konkret dan kolektif untuk mendorong pemulihan,” katanya di Jakarta, Senin (7/11).
Sejalan dengan itu, aspek sistem pembayaran juga menjadi diskusi penting melalui implementasi Peta Jalan G20 pada Pembayaran Lintas Batas Negara (CBP) untuk mencapai pembayaran lintas batas yang lebih cepat, murah, transparan, dan inklusif karena hal ini akan memberikan manfaat yang luas bagi ekonomi di seluruh dunia. Lebih lanjut, eksplorasi Central Bank Digital Currency (CBDC) diharapkan dapat memfasilitasi hal tersebut.
Bank Indonesia memandang, pertemuan pimpinan negara G20, akan memberikan arah, panduan serta kepercayaan pasar bagi prospek perekonomian serta stabilitas sistem keuangan ke depan.
Hal ini sejalan dengan penegasan komitmen anggota G20 terhadap kebijakan yang terkalibrasi, terencana, dan dikomunikasikan dengan baik untuk mendukung pemulihan berkelanjutan dan untuk mengurangi efek luka pandemi maupun dampak spillover untuk mendukung pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
Optimisme tersebut sejalan dengan kinerja perekonomian domestik yang terjaga sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi 2022 pada 4,5-5,3%.
Membaiknya ekonomi merupakan kontribusi dari peningkatan konsumsi swasta dan investasi, kuatnya ekspor dan daya beli masyarakat di tengah kenaikan inflasi.
Inflasi pada Oktober 2022 sendiri tercatat sebesar 5,17% (yoy), lebih rendah dari prakiraan awal maupun inflasi IHK bulan lalu yang sebesar 5,95%. Sementara stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah menguatnya dolar AS, dengan depresiasi yang relatif lebih baik dibandingkan depresiasi sejumlah mata uang negara berkembang lainnya seperti, India, Malaysia, dan Thailand.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di salah satu forum G20. FOTO: IST |
Saat ini negara-negara tengah dihadapkan pada inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan persisten, kondisi keuangan yang semakin ketat, perang Rusia melawan Ukraina, pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, dan ketidaksesuaian penawaran-permintaan semakin memperlambat prospek ekonomi global.
Meningkatnya kekhawatiran tentang harga pangan dan energi mengakibatkan tekanan biaya hidup di banyak negara, yang ikut serta menambah tekanan inflasi. Selain itu, cuaca ekstrem akibat perubahan iklim menimbulkan risiko penurunan terhadap prospek ekonomi global, dan kenaikan harga energi juga menghambat jalan menuju transisi hijau.
Gubernur BI, Perry Warjiyo pun menyampaikan apresiasi kepada anggota G20 atas inisiatif yang dilakukan. “Sejak awal presidensi, G20 telah bekerja sama untuk memajukan isu-isu global yang bersifat kritis serta mampu memberikan solusi konkret dan kolektif untuk mendorong pemulihan,” katanya di Jakarta, Senin (7/11).
Sejalan dengan itu, aspek sistem pembayaran juga menjadi diskusi penting melalui implementasi Peta Jalan G20 pada Pembayaran Lintas Batas Negara (CBP) untuk mencapai pembayaran lintas batas yang lebih cepat, murah, transparan, dan inklusif karena hal ini akan memberikan manfaat yang luas bagi ekonomi di seluruh dunia. Lebih lanjut, eksplorasi Central Bank Digital Currency (CBDC) diharapkan dapat memfasilitasi hal tersebut.
Bank Indonesia memandang, pertemuan pimpinan negara G20, akan memberikan arah, panduan serta kepercayaan pasar bagi prospek perekonomian serta stabilitas sistem keuangan ke depan.
Hal ini sejalan dengan penegasan komitmen anggota G20 terhadap kebijakan yang terkalibrasi, terencana, dan dikomunikasikan dengan baik untuk mendukung pemulihan berkelanjutan dan untuk mengurangi efek luka pandemi maupun dampak spillover untuk mendukung pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
Optimisme tersebut sejalan dengan kinerja perekonomian domestik yang terjaga sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi 2022 pada 4,5-5,3%.
Membaiknya ekonomi merupakan kontribusi dari peningkatan konsumsi swasta dan investasi, kuatnya ekspor dan daya beli masyarakat di tengah kenaikan inflasi.
Inflasi pada Oktober 2022 sendiri tercatat sebesar 5,17% (yoy), lebih rendah dari prakiraan awal maupun inflasi IHK bulan lalu yang sebesar 5,95%. Sementara stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah menguatnya dolar AS, dengan depresiasi yang relatif lebih baik dibandingkan depresiasi sejumlah mata uang negara berkembang lainnya seperti, India, Malaysia, dan Thailand.
Posting Komentar