Ini Langkah Mardiono 'Menghijaukan' Indonesia
Plt Ketua Umum PPP Muhammad Mardiono yakin koleganya Suharso Manoarfa akan sama-sama berjuang untuk kebesaran partai.
Bertekad untuk bekerja keras agar PPP tidak tenggelam pada Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg) 2024 yang akan diikuti banyak partai politik
JAKARTA - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kembali jadi perbincangan pemerhati politik nasional dalam beberapa hari terakhir. Penyebabnya adalah perseteruan elite di dalam tubuh partai berlambang Kakbah tersebut. Konflik internal itu memperpanjang cerita tak sedap PPP yang pada 2014 lalu sempat dihantam masalah serupa.
Kala itu Ketum DPP PPP yang dijabat Suryadharma Ali berseteru dengan koleganya di pucuk pimpinan partai yakni Romahurmudzy alias Romi.
Jika dulu antara Suryadharma Ali dan Romi, kali ini dua pihak yang berseteru merebut kursi nahkoda PPP adalah Suharso Manoarfa dan Muhammad Mardiono. Pada 4-5 September lalu, Suharso dipecat dari jabatan ketua umum melalui Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PPP yang berlangsung di Banten. Forum lalu memutuskan mengangkat Mardiono sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PPP.
Mardiono optimistis partai yang dipimpinnya bisa bersuara banyak pada Pileg 2024. Perolehan kursi di Senayan akan lebih baik dibanding Pileg 2019 lalu. Sejarah buruk pada pesta demokrasi tiga tahun lalu tidak akan terulang kembali di bawah kepemimpinannya. "Kami bertekad akan bekerja keras agar partai warisan ulama ini tidak tenggelam," ujar Mardiono di Jakarta, Kamis (8/9).
Mardiono tak menampik bahwa ikhtiar PPP untuk kembali ke jajaran elite partai politik nasional tidaklah mudah. Perlu kerja keras semua elemen di tubuh partai yang identik dengan warna hijau itu. Waktu Pileg 2024 yang tersisa kurang dari 500 hari akan dia manfaatkan untuk berbenah agar PPP kembali lolos dari hadangan ambang batas parlemen dan 'menghijaukan' Indonesia. "Ini pekerjaan besar. Kewajiban konstitusi bagi PPP untuk ikut dalam penyelenggaraan pemilu," tegas dia.
Disinggung soal hubungannya dengan Suharso, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu menyatakan bahwa saat ini dia lebih memprioritaskan urusan partai. Dia pun tak mempersoalkan jika koleganya itu tak terima disingkirkan dari jabatan ketua umum. "Kalau toh beliau masih belum bisa menerima, ya itu manusiawi. Tapi seiring waktu karena beliau kader PPP, semua berpikir untuk PPP," kata Maridono.
Plt Ketua Umum PPP Muhammad Mardiono (memakai masker) saat menghadiri Mukernas di Banten. Foto: Istimewa |
Kala itu Ketum DPP PPP yang dijabat Suryadharma Ali berseteru dengan koleganya di pucuk pimpinan partai yakni Romahurmudzy alias Romi.
Jika dulu antara Suryadharma Ali dan Romi, kali ini dua pihak yang berseteru merebut kursi nahkoda PPP adalah Suharso Manoarfa dan Muhammad Mardiono. Pada 4-5 September lalu, Suharso dipecat dari jabatan ketua umum melalui Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PPP yang berlangsung di Banten. Forum lalu memutuskan mengangkat Mardiono sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PPP.
Mardiono optimistis partai yang dipimpinnya bisa bersuara banyak pada Pileg 2024. Perolehan kursi di Senayan akan lebih baik dibanding Pileg 2019 lalu. Sejarah buruk pada pesta demokrasi tiga tahun lalu tidak akan terulang kembali di bawah kepemimpinannya. "Kami bertekad akan bekerja keras agar partai warisan ulama ini tidak tenggelam," ujar Mardiono di Jakarta, Kamis (8/9).
Mardiono tak menampik bahwa ikhtiar PPP untuk kembali ke jajaran elite partai politik nasional tidaklah mudah. Perlu kerja keras semua elemen di tubuh partai yang identik dengan warna hijau itu. Waktu Pileg 2024 yang tersisa kurang dari 500 hari akan dia manfaatkan untuk berbenah agar PPP kembali lolos dari hadangan ambang batas parlemen dan 'menghijaukan' Indonesia. "Ini pekerjaan besar. Kewajiban konstitusi bagi PPP untuk ikut dalam penyelenggaraan pemilu," tegas dia.
Disinggung soal hubungannya dengan Suharso, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu menyatakan bahwa saat ini dia lebih memprioritaskan urusan partai. Dia pun tak mempersoalkan jika koleganya itu tak terima disingkirkan dari jabatan ketua umum. "Kalau toh beliau masih belum bisa menerima, ya itu manusiawi. Tapi seiring waktu karena beliau kader PPP, semua berpikir untuk PPP," kata Maridono.
Posting Komentar