Puasa Sebagai Momentum Melatih Kejujuran

Bisa dikatakan kalau puasa Ramadan merupakan bulan untuk melatih kejujuran diri. Berpuasa bukan hanya menahan atau menunda makan dan minum saja, lebih dari itu bagaimana kita dapat menjalin hubungan dengan Allah SWT.

Kultum Antikorupsi hari ke-27 Ramadhan 1443 H.

Dengan begitu, puasa merupakan ibadah yang sirriyah, artinya ibadah yang tersembunyi, ibadah yang tidak bisa dilihat secara dhahir apakah sedang berpuasa atau tidak. Maka dari itulah, puasa menjadi momentum untuk melatih kejujuran.

Serta bisa dikatakan juga kalau hanya puasa lah yang menajadi ibadah yang tidak bisa dilihat. Maka jika demikian, membuat setiap kita berkesempatan untuk tidak jujur.

Setiap kita berpeluang untuk mengatakan kita berpuasa, padahal sebenarnya tidak. Bahkan bisa jadi kita secara dhahir saat mengatakan pernyataan tersebut, ekspresi kita dengan berpura-pura lapar, bibir ker- ing, dan banyak meludah sehingga orang lain membenarkan akan pernyataan kita kalau sedang berpuasa.

Dengan berpuasa, umat Islam dilatih untuk bersikap jujur. Hal ini karena puasa mengandung dimensi ibadah “rahasia” secara vertikal atau dikenal hablum minallah; hubungan Allah SWT dengan hamba.

Orang yang berpuasa hanya diketahui oleh Allah SWT, sehingga secara tidak langsung melatih kejujuran si hamba dalam melaksanakannya. Kejujuran berpuasa akan muncul dengan sendirinya dalam diri manusia apabila melaksanakannya dengan ikhlas.

Apalagi kalau sampai tahu bahwa puasa itu merupakan ibadah yang secara khusus diperuntukkan dan dikontrol oleh Allah SWT.

Sebagaimana sebuah hadis qudsi mengatakan:

“Sesungguhnya puasa itu khusus untukku, dan aku sendiri yang akan membalasnya.”

Dari hadis ini semakin jelas kiranya kalau puasa itu merupakan ibadah khusus yang langsung diperhatikan oleh Allah SWT. Sebab Dia lah yang akan langsung membalasnya sesuai kualitas puasa masing-masing kita.

Dan ketika ini disadari oleh setiap kita, maka kita tidak akan main-main dengan puasa kita. Begitu juga sifat jujur akan tumbuh di dalam diri kita.

Bahkan menjadi keniscayaan saat konsep dasar ini disadari oleh seorang pejabat yang berpuasa, dia akan selalu berprilaku jujur dalam mengemban amanahnya, sehingga sangat mungkin untuk tidak tergoda melakukan korupsi, misalnya.

Karena dia menyadari bahwa Allah SWT sedang mengawasi dan sekaligus berharap akan balasan yang besar atas ibadah puasanya tersebut.

Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu berbuat jujur hingga di tulis di sisi Allah SWT sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa pada kejahatan, sedangkan kejahatan menghantarkan ke neraka. Dan seseorang akan senantiasa berdusta hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, jika kita serius menjalankan ibadah puasa, maka selain mendapatkan pahala kita juga secara otomatis sedang melatih diri kita untuk membiasakan diri berbuat jujur, khususnya di hadapan Allah SAW.

Semoga di bulan suci Ramadhan ini, kita dapat ter- latih dan membiasakan diri menjadi pribadi-pribadi yang jujur.