Latihan Berintegritas Ala Rasulullah SAW; Menanam dan Menumbuhkan Niat Baik

Rasulullah SAW merupakan teladan kebaikan (uswatun hasanah). Teladan yang diberikan oleh Nabi SAW sebenarnya merupakan nilai-nilai al-Quran yang telah tertanam dalam perilaku Nabi SAW (Kana Khuluquhul Qur’an). 

ILUSTRASI

Rasulullah SAW adalah pribadi yang berintegritas, jujur, patuh, tulus dan memiliki moralitas yang tinggi.

Beliau telah menjadi pekerja selama tidak kurang dari tiga puluh tiga tahun. Selama masa itu, Rasulullah SAW belajar banyak tentang kejujuran, kepatuhan, kebersihan, dan moralitas. 


Tuntunan integritas ala Nabi SAW meliputi dimensi mental hingga praktik. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, Rasulullah pada faktanya juga menyebarkan praktik semacam itu kepada para sahabatnya. 


Dan hal pertama yang harus dilatih terlebih dahulu, adalah menanamkan niat yang baik yang berorientasi pada hal-hal yang baik dan bermanfaat.


Mengapa yang pertama adalah niat? Karena karakter pekerja dan pengemban tanggung jawab yang berintegritas dimulai dari dimensi paling mendasar dalam diri manusia, yaitu hati.


Hati adalah poros yang menggerakkan jasad manusia. Dari hatinya, manusia dapat berbuat baik. Dari hatinya pula, seorang manusia dapat melakukan hal yang buruk. 


Maka konsisten dalam mempertegas niat, adalah cara latihan paling pertama yang harus dijalankan.

Ini senada dengan sabda Nabi Muhamamd SAW se- bagaimana yang diriwayatkan Imam al-Bukhari:

 

“Amal perbuatan sangat tergantung niatnya. Setiap orang punya niatnya sendiri. Barang siapa berhijrah untuk Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya menuju Allah dan rasul-Nya. Barang siapa berhijrah untuk mendapat dunia yang akan diperolehnya, atau untuk perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya menuju apa yang dia niati.”


Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menekankan agar bahwa niat setiap orang bisa berbeda-beda. Tetapi, Rasulullah SAW memberi tuntunan, yaitu agar umatnya senantiasa berniat untuk mematuhi perintah Allah dan tuntunan rasul-Nya. Dengan demikian, orang akan mendapat pahala di sisi Allah.


Ketika seseorang bekerja, hendaknya dia berniat untuk mencari nafkah guna menghidupi keluarga. Mencari nafkah di sini harus dibingkai dalam kerangka menunaikan kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah. Dengan niat seperti ini, maka aktivitas bekerja sebenarnya bentuk ibadah kepada Allah. Yaitu melaksanakan perintah Allah.


Karena sudah diniati menjalankan perintah Allah, pelaksanaannya juga harus sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Dengan demikian, kita bekerja dimulai dari niat lillah dan bekerja dalam panduan tuntunan Allah SWT. Dengan mematuhi Allah SWT dan Rasul-Nya, pekerjaan dan hasilnya, tidak hanya bernilai duniawi, tapi juha ber- nilai ukhrawi.


Melalui niat, seseorang akan dijaga melalui prinsip kebaikan yang dia tanamkan di awal setiap apa yang dia lakukan. Maka berniat baik dalam melakukan segala hal, sedikit banyak akan mencegah seseorang melakukan tin-dakan merugikan, termasuk korupsi.



****

Ikuti perkembangan berita lainnya, dengan cara klik akun Instagram TIMES, lalu pencet tombol follow. Semakin banyak yang follow, maka kami akan semakin bersemangat mencari dan menyuguhkan berita lucu, penting, dan menarik untuk anda.

****