PDIP Bisa Menang Hattrick, Elektabilitas Puan Juga Bisa Menyamai Partainya

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri optimis partainya bisa kembali menang di Pemilu 2024 mendatang. Apalagi elektabilitas partainya di sejumlah lembaga survei selalu nomor satu. 


Kader PDI Perjuangan saat foto bersama di depan Sekolah Partai PDI Perjuangan. FOTO: INSTAGRAM/@sekjenpdiperjuangan


JAKARTA - Optimisme Mega itu terpancar ketika bicara di webinar Peresmian dan Penandatanganan Prasasti Taman UMKM Bung Karno dan 16 Kantor Partai menyambut Hari Sumpah Pemuda, Kamis (28/10) lalu. Ia berharap, partai yang dikomandoinya itu bisa kembali mendapat kepercayaan rakyat setelah 2 kali pemilu menang


"PDIP mudah-mudahan sebuah partai yang sekarang dipercaya oleh rakyat, sudah 2 kali menimba kemenangan" kata Mega dalam pertemuan tersebut.


Putri proklamator itu melanjutkan, tidak ada aturan yang melarang partai menang lebih dari dua periode. Berbeda halnya dengan presiden, yang hanya boleh menang dua kali. Seterusnya, tak boleh nyapres lagi.


"Kalau partainya mau memang terus ndak ada aturan ndak boleh, malah itu yang saya inginkan supaya partai kita ini terus," harapnya.


Sejauh ini, kata Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, berbagai ikhtiar partainya untuk pemenangan Pemilu 2024 mendatang terus dimantapkan. Selain rapat koordinasi (rakor) yang bersifat internal, pihaknya juga giat melakukan beragam evaluasi lapangan yang melibatkan sejumlah lembaga eksternal.


Termasuk lembaga survei. Mereka diminta untuk memaparkan hasil survei atas kondisi sosial politik di Indonesia. Termasuk terhadap kondisi partai politik, tak terkecuali PDIP.   


Namun, hasil survei bagi partainya hanya salah satu instrumen. Faktor lain yang tak kalah penting adalah kolektivitas partai menghadapi segala medan juang. Termasuk berjuang bersama Presiden Jokowi, terutama dalam penguatan ekonomi rakyat.


"Ini ikhtiar kami bersama. Hasil survei bersifat dinamis dan menjadi pengingat bagi kami agar tak terlena oleh elektoral yang tinggi sebagai wujud kepercayaan rakyat. Bahwa selalu ada perbaikan yang harus kami lakukan," lanjutnya.


Di tengah moncernya elektabilitas PDIP di sejumlah lembaga survei, partai banteng belum kunjung memutuskan siapa yang akan dijagokan dalam Pilpres 2024 mendatang. Meskipun belum diputuskan, sudah muncul dua kader yang antar pendukungnya mulai tarik-tarikan. Mereka adalah Ganjar dan Puan.


Tarik-tarikan di internal itu menyeruak keluar. Puncaknya ketika Ganjar tak diundang dalam acara PDIP di Jawa Tengah pada bulan Mei lalu. Sementara Puan hadir. Saling sindir antar kedua pendukungnya pun terus terjadi hingga saat ini.


Bahkan sanking panasnya, Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto sampai melabeli oknum PDIP yang mendeklarasikan dukungan kepada Ganjar untuk nyapres sebagai celeng. Hingga muncul istilah Banteng versus Celeng. Sementara pendukung Ganjar balik menuding Bambang telah mengubah jiwa banteng menjadi bebek.


Di luar tarik-tarikan antar pendukung, secara elektabilitas, memang Ganjar jauh mengungguli Puan. Meskipun, Ganjar tidak selalu nomor satu di setiap lembaga survei. Ia masih harus kejar-kejaran dengan Prabowo Subianto dan Anies Baswedan di papan atas.


Di survei teranyar, sebagaimana dirilis Poltracking Indonesia Senin (25/10) pekan lalu, kader banteng yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah itu berhasil memimpin di urutan teratas dengan elektabilitas 22,9 persen. Sementara di posisi kedua, Prabowo 20 persen dan posisi ketiga Anies 13,5 persen.


Saingan Ganjar di PDIP yakni Puan, berada di urutan 8 dari 15 nama. Elektabilitasnya, menurut survei Poltracking adalah 1,9 persen.


Kurang dari sebulan sebelumnya, lembaga survei lain yakni SMRC menempatkan Prabowo di posisi teratas. Elektabilitasnya mencapai 18,1 persen. Gantian Ganjar di urutan kedua dengan tingkat keterpilihan 15,8 persen. Sementara Puan hanya meraih 0,8 persen saja.


Tapi, elektabilitas PDIP selalu nomor satu di hampir semua lembaga survei. Terbaru, Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN) yang dirilis Sabtu (30/10) lalu juga menempatkan PDIP di urutan pertama dengan tingkat keterpilihan 18,7 persen. Disusul Gerindra dan Golkar di bawahnya dengan elektabilitas 14,8 persen dan 11,6 persen.


SMRC pada awal Oktober lai juga menempatkan PDIP di urutan teratas dengan elektabilitas 22,1 persen. Hasil yang persis sama juga dirilis lembaga survei Parameter Politik Indonesia pada Juni lalu, yang menempatkan PDIP sebagai juara dengan elektabilitas 22,1 persen juga.


Tidak heran, jika pendukung Ganjar tetap baik-baikin Mega. Mereka tetap optimis akan didukung PDIP. Belum kepikiran untuk hengkang ke partai lain. Meskipun elektabilitas jagoannya tinggi.


Bahkan, Ketum Ganjarist Masdjo Pray sampai muji-muji Mega. Dia bilang, putri proklamator itu punya insting, IQ dan kecerdasan emosional yang luar biasa. Ia yakin Mega akan mengalah demi keputusan politik yang bagus. Meskipun saingan Ganjar adalah putri mahkota.


"Ibu Mega ini kan seorang yang punya ketajaman insting yang luar biasa, punya IQ kecerdasan emosional yang luar biasa, sehingga beliau sangat logis dalam politik," sanjungnya usai deklarasi di Surabaya, kemarin.

 

Apakah hattricknya PDIP di Pemilu 2024 mendatang tergantung Capresnya?


Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, iya. Capres yang dijagokan ikut menjadi salah satu penentu kembali menangnya PDIP.


 "PDIP bisa mendapat efek ekor jas dari itu. Pemilih kita cenderung simpel. Akan pilih partai yang bisa usung jagoan maju pilpres," kata Adi tadi malam.


Ketika diberi dua nama, antara Ganjar atau Puan, menurutnya Ganjar lebih potensial mengatrol elektabilitas PDIP. Ketimbang Puan.


"Selain basis pemilih Jokowi makin solid, kelompok swing yang suka Ganjar bakal ke PDIP. Itu teori dasar dan ada bukti empiriknya. Tapi kalo PDIP usung Puan, agak berat karena elektabilitas Puan masih rendah, belum bisa maksimal katrol suara partai," sambungnya.


Tapi ia juga memberi catatan, pengaruh Ganjar hanya akan signifikan jika lawannya di Pilpres nanti tak kuat. Jika kuat, bisa-bisa PDIP gagal hattrick juga. "Tergantung lawan Ganjar, kalau lawannya tak kuat, bisa hattrick. Tapi kalau lawan kuat lumayan butuh kerja keras," imbuh Adi.


Berbeda dengan pendiri lembaga survei KedaiKOPI Hendri Satrio. Capres yang dijagokan tidak selamanya menjadi penentu kemenanganan parpol. Sebagaimana pernah terjadi ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menang di Pilpres 2004. Ketika itu bukan Demokrat pemenangnya. Di tiga besar, justru Golkar, PDIP dan PKB.


"Kita pernah punya sejarah presidennya menang, partai kalah. SBY itu," kata Hensat, sapaan karibnya tadi malam.


Meskipun, ia juga tidak menampik jika  Capres yang diusung juga punya pengaruh dalam mengatrol suara partai. "Sekarang bagus Ganjar. Tapi yang menguntungkan PDIP kan dia bisa mengajukan Capres dan Cawapresnya sendiri, luar biasa itu," sambungnya.


Bahkan, kalaupun akhirnya Puan yang dijagokan, ia berkeyakinan PDIP tidak goyang. Bahkan efeknya, justru elektabilitas Puan bisa naik menyamai elektabilitas partainya. Dengan catatan setelah ditetapkan sebagai Capres.


"Kalau sudah ditetapkan, elektabilitasnya naik sendiri. Kalau PDIP kompak, minimal elektabilitasnya sama partainya," terang dia.


Hitungannya, peluang PDIP kembali juara di Pemilu 2024, masih cukup besar. Selain terbukti unggul di hampir semua lembaga survei, ada banyak faktor lainnya yang turut mendukung selain pengaruh Capres.


"Yang paling menguntungkan dari PDIP, kader yang jadi menteri banyak, kepala daerah banyak, anggota DPR yang terpilih banyak," pungkasnya. SAR


kalau dibilang, mungkin sih iya, karena kalau dr hsil sirvei masih teratas elektabilitasnya. yg paling menguntungkan dari pdip, kder yg jadi menteri banyak, kepala daerah banyak, anggota dpr yg terpilih banyak.