Epidemiolog UI Alami Efek Samping Vaksin Covid-19, Ini Yang Dirasakan...

Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono mengaku ikut merasakan efek samping dari vaksin Covid-19. 


Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono. FOTO: TWITTER

JAKARTA - Hal itu ia sampaikan ketika menjadi narasumber di acara Focus Group Discussion (FGD) yang berjudul "Nolak Vaksin Covid, Sanggup Bayar RS Sendiri?". FGD ini tayang di kanal YouTube RakyatMerdeka TV, kemarin.


"Saya sendiri juga kena efek samping vaksin kok. Kalau lihat muka saya sebelah sini ni, ini efek samping vaksin. Terjadi pembengkakan setelah divaksinasi," ungkap Pandu, sambil menunjukkan salah satu sisi mukanya yang bengkak.


Namun, ia tidak menyampaikan secara rinci merk vaksin apa yang disuntikkan kepadanya. Termasuk informasi dosisnya.


Meskipun menderita efek samping, ia tidak mengeluh. Pandu tetap mengimbau masyarakat agar mau divaksinasi. Karena vaksin menurutnya terbukti mampu menekan angka kematian.


"Tapi saya jalani, kenapa. Saya ingin terlindung, walaupun ada efek samping. Tapi tidak saya kemudian jangan divaksinasi, nanti ada efek samping," imbuhnya.


Menurutnya, efek samping yang terjadi akibat vaksinasi itu sedikit sekali. Hanya pada orang-orang tertentu yang mempunyai kelainan. 


"Sepertinya saya juga ada kelainan, tapi bisa diatasi lah," tutur Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI ini.


Selain vaksinasi buatan, Indonesia sebutnya juga tertolong oleh vaksinasi alami. Dari hasil survei yang iq lakukan di DKI Jakarta pada Maret lalu, sekitar 44 persen warga Ibu Kota sudah punya antibodi alami. Dimana ketika itu cakupan vaksinasi masih kecil, baru menyasar kelompok tenaga kesehatan atau nakes.


Kombinasi vaksin alam dan buatan ini, diyakini telah membuat warga Jakarta dan sekitarnya 'sakti' atau kebal terhadap paparan virus Corona varian terganas saat ini yakni Delta. Sehingga tren kasus baru dan kematian terus menurun drastis. Di saat kasus di negara lain terus memuncak.


Karena itu, ia optimis gelombang ketiga yang diprediksi antara Januari-Februari tidak akan terjadi. Kecuali ada virus baru yang jauh lebih ganas dari varian Delta.


"Saya memperkirakan, dengan data-data yang ada kecil kemungkinan akan terjadi gelombang ketiga," ujarnya.


Tak cuma  Jakarta, kondisi yang sama juga diyakini terjadi di Pulau Jawa- Bali secara keseluruhan. Karena itu, meskipun di beberapa daerah capaian vaksinasinya masih rendah, kasus Covid-19 tak meledak seperti pertengahan Juli lalu.


"Orang-orang yang belum divaksinasi, yang menentang, itu mungkin juga ada yang sudah punya imunitas alami," terangnya.


Ia mengaku tak mempermasalahkan masyarakat yang anti vaksin di Indonesia. Sebab hal yang sama juga terjadi di banyak negara di dunia. Termasuk Amerika Serikat.


"Gak apa-apa, ini kan negara demokrasi. Joe Biden bikin peraturan mandatory, dibatalkan di beberapa negara bagian yang mengizinkan aturan Joe Biden gak berlaku," pungkasnya.