Terkait Ancaman Gelombang Ke-3 Bulan Oktober, Ini Skenario Kemenkes

Munculnya isu ancaman gelombang ke-3 Covid-19 pada Oktober, Kementerian Kesehatan menyiapkan langkah-langkah dan skenario untuk mengantisipasi hal tersebut. Baik itu tempat, obat-obatan, dan lainnya yang berkaitan dengan penanganan covid-19.


Siti Nadia Tarmizi - Jubir Kemenkes. Foto: IST

JAKARTA - Usai munculnya pengamatan akan adanya gelombang ke-3, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus berupaya meningkatkan pelayanan dalam penanganan covid-19. Termasuk Wisma Haji dan Rumah Susun (Rusun) telah dipersiapkan jika nantinya terjadi.


Disampaikan langsung oleh Juru Bicara (Jubir) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam sesi wawancara dengan times.id lewat telepon. Ia menyebut, kesiapan di hilir sudah mulai terlihat, termasuk dengan adanya tempat perawatan yang kembali melayani pasien non covid.

Selebihnya, menyiapkan Wisma Haji, atau Rusun, menjadi salah satu langkah yang diambil untuk mengantisipasi akan terjadinya gelombang ke-3.

"Jadi wisma haji dan rusun juga kita sudah siapkan, yang mana sementara waktu ditutup karena pasiennya tidak ada, sekarang ini semuanya dikonsentrasikan ke wisma atlit," ucapnya.

Seperti rumah Oxigen, Lanjutnya, juga sudah dipersiapkan. Kebutuhan obat-obatan juga terus dipantau. Mengingat beberapa waktu lalu yang sempat terjadi peningkatan hingga 12 kali lipat.

Sisi lain, penerapan PPKM juga terus dievaluasi minggu per minggu, dengan terus memonitoring hal tersebut. Dan yang paling penting, peningkatan vaksinasi, jangan sampai jalan ditempat.

"PPKM juga harus dipantau dan dievaluasi setiap minggunya, dan pastinya vaksinasi terus ditingkatkan juga, jangan sampai stagnan, artinya setiap adanya vaksin harus langsung disalurkan jangan sampai berhenti," tegasnya.

Lebih lanjut, Siti juga membeberkan, peningkatan kasus terkadang sulit dihindarai. Namun, yang terpenting menyiapkan segala hal dalam mengantisipasi dan terus melakukan komunikasi publik, untuk menyampaikan bahwa potensi-potensi sekarang ini belum berada di titik aman.

"Karena varian delta sendiri, varian yang hampir 88 persen mendominasi, artinya tidak aman. Terlebih, varian delta adalah varian yang sangat cepat menular, begitu kita lengah sedikit, dia akan mengisi ruang kosong dan menyebabkan potensi peningkatan kasus lagi," tutupnya sambil meminta doa untuk terus membaik dalam penanganan covid-19 di tanah air.