Pengamat: Taliban Tak Mendukung Terorisme, Beda Dengan Al-Qaeda

Kesuksesan Taliban menguasai pemerintahan Afghanistan menimbulkan kekhawatiran banyak pihak, khususnya di Indonesia. Kalau-kalau kemenangan Taliban di Afghanistan jadi inspirasi untuk melancarkan serangan teror di Tanah Air.


Pejuang Taliban ketika mengambil alih Istana Kepresidenan Afghanistan. Foto: NET


JAKARTA - Tapi, Pengamat terorisme Al-Chaidar menilai kekhawatiran itu tidak beralasan. Karena menurutnya, Taliban tidak sama dengan Al-Qaeda, kelompok radikal pimpinan Osama Bin Laden yang dicap teroris. Meskipun kedua kelompok berasal dari negara yang sama.


“Tidak tepat saya kira, karena taliban itu kan tidak mendukung terorisme. Yang mendukung terorisme itu Al-Qaeda,” kata Al-Chaidar ketika dikonfirmasi tadi malam.


Menurutnya, kelompok yang tepat dijadikan sebagai ancaman serangan terorisme itu adalah ISIS atau Negara Islam Irak dan Suriah dan jaringannya. Sementara Taliban, hingga saat ini belum pernah ada indikasi untuk melakukan serangan di Indonesia.


“ISIS ini kan Khawarij, jangan kan kita Nabi aja dianggap sesat,” jelasnya.


Sementara Taliban, diketahui adalah pengikut mazhab Imam Hanafi. Yang diikuti oleh mayoritas Muslim Sunni Afghanistan.


Lagi pula, sebutnya tidak ada kelompok radikal di Indonesia yang berafiliasi dengan Taliban. Karena aksi Taliban hanya terkonsentrasi di Afghanistan. Jaringan Taliban hanyalah bekas orang-orang yang pernah berjuang di sana. 


“Harusnya, pemerintah mengikuti saran pak JK, agar segera mengakui pemerintahan Afghanistan saat ini,” pungkasnya.


Diketahui, Taliban memang diketahui pernah dicap sebagai kelompok terorisme. Tapi Indonesia ketika berstatus sebagai Anggota Dewan Keamanan PBB sudah mencabut label itu.


“Saya minta Menlu untuk mencabut gelar teroris itu di PBB di Dewan Keamanan. Kebetulan Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan,” kata mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam diskusi 'Masa Depan Afghanistan dan Peran Diplomasi Perdamaian Indonesia' yang berlangsung secara daring, Sabtu (21/8) lalu.


Sebelum pengambil alihan kekuasaan dari Presiden Ashraf Ghani, Taliban pernah berkuasa di Afghanistan selama 1996-2001. Dalam masa itu, Taliban memberlukan larangan dan perintah dengan sangat ketat. 


Akibatnya banyak terjadi pelanggaran HAM. Rezim Taliban pun menuai kritik internasional dan sanksi dari PBB atas pelanggaran HAM, pembatasan ketat atas peran wanita dalam kehidupan sosial.  


Tapi, Wapres JK melihat Taliban kini sudah lebih moderat. Hal itu diketahui setelah beberapa kali melakukan pertemuan, saat dipercaya sebagai juru runding antara pemerintah Afghanistan dengan Taliban, dan bolak-balik ke negara itu.


"Bapak percaya thaliban lebih moderat?" tanya wartawan. "Ya saya percaya," tegas JK.


Tapi Badan Intelijen Negara (BIN) mulai mengantisipasi pengaruh kemenangan Taliban terhadap terhadap gerakan radikal di Indonesia. Pihaknya mulai membangun komunikasi secara berkala dengan WNI eks pejuang Taliban ketika perang melawan Uni Soviet. Selain juga memantau WNI yang membantu Taliban saat ini. (*)