Jamaah Diusir Karena Masker: Jubir Wapres: Ambil Pelajaran!

Juru Bicara Wapres Masduki Baidlowi meminta agar kasus pengusiran jamaah di Masjid Jami Al Amanah gara-gara mengenakan masker jadi pelajaran untuk semua pihak. Khususnya bagi pemerintah, ormas dan tokoh-tokoh Islam.


Juru Bicara Wapres Masduki Baidlowi (tengah). Foto: Instagram @masdukibaidlowi

JAKARTA - Cak Duki, sapaan akrabnya mula-mula menyampaikan terima kasih kepada pihak kepolisian yang sudah menangani dan memediasi kasus ini. Sehingga tidak lagi terjadi perbedaan pemahaman dan konflik terkait penggunaan masker di dalam masjid.

"Alhamdulillah, sudah ada hitam di atas putih antara kedua pihak," kata Masduki ketika dikontak, Selasa (4/5).

Yang lebih penting lagi, terangnya pihak takmir mesjid yang melarang, sudah menyampaikan permohonan maaf dan mengakui kesalahannya. Setelah sempat bersitegang dengan salah satu jamaah yang menggunakan masker, karena salah memahami teks ayat Al-Quran yang jadi dasar pelarangannya.

"Ini salah karena salah memahami teks QS Ali Imran. Bahwa masuk Masjidil Haram aman. Padahal sekarang masuk Masjidil Haram saja pakai masker," sambungnya.

Padahal, sebut Masduki menggunakan masker adalah satu bagian penting dari implementasi beragama. Yakni hifdzun nafs, memelihara jiwa. Salah satu hal pokok yang wajib dijalankan umat Islam.

Bahkan, dalam keadaan darurat umat Islam dibolehkan untuk tidak ke masjid. "Misal saat ke masjid, ternyata ada singa. Maka menjadi gugur kewajiban ke masjid karena ada singa. Itu kalau kelihatan. Nah masalahnya virus ini kan gak kelihatan," imbuh Ketua MUI bidang Informasi dan Komunikasi ini.

Tidak kelihatannya virus ini, memang menjadi tantangan tersendiri dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat. Tak heran, kata Cak Duki jika banyak pihak yang menyebut jika pandemi Covid-19 adalah rekayasa, dan tudingan konspirasi lainnya.

"Macam-macamlah, repot kita. (Pemahaman) seperti itu banyak. Tapi kalau sampai melarang ini baru yang pertama," tambahnya.

Masduki mengakui, fenomena banyaknya umat yang punya semangat beragama yang tinggi. Namun, tidak dibarengi pemahaman yang cukup tinggi pula. Akibatnya, baru mempelajari 1-2 hadits, lalu sudah mengambil kesimpulan dan menyalahkan orang. Kondisi ini lah yang membuat agama tidak rukun.

Menurutnya, sikap toleran itu baru bisa muncul ketika seseorang semakin mendalami agama. "Semakin dangkal, semakin tidak toleran," jelas Cak Duki.

Terakhir, ia berharap kasus ini bisa menjadi pelajaran bagi pemerintah dan ormas Islam seperti MUI, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Termasuk tokoh-tokoh agama. Agar lebih intensif lagi dalam memberikan pemahaman terkait pandemi Covid-19.

Sebelumnya, video pengurus masjid yang melarang dan mengusir seorang warga yang menggunakan masker dari Masjid Al Amanah Kota Bekasi viral di sosial media. Dasar pelarangan masker yang dijadikan rujukan oleh pengurus masjid tersebut adalah QS Ali Imran ayat 96.

"Jangan pakai masker, ini kan masjid; jadi kita nggak ada perbedaan antara masjid dengan pasar. Kata agama, agama bilang, Al Quran Surat Ali Imran ayat 96 dikatakan orang yang masuk dalam masjid itu aman," ucap pengurus masjid saat mengusir warga bermasker dalam video tersebut, yang belakangan diketahui bernama Abdurohman.

Namun, jika membaca isi QS Ali 'Imran ayat 96, secara tekstual juga tidak menjelaskan hal yang disampaikan pengurus masjid tersebut.

"Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam," bunyi QS Ali Imran, ayat 96.