Ini Dia Kondisi Terbaru PLTD Kapal Apung Januari 2023, Saksi Bisu Tsunami 2004 di Kota Banda Aceh

PLTD Kapal Apung perlu diperhatikan
Banda Aceh merupakan Ibu Kota provinsi Aceh, yang terletak paling Barat Indonesia tepatnya diujung pulau Sumatera.

Mesjid Raya Baiturrahman. Foto: Kolase Foto Instagram @4sy_raf

Aceh diberi julukan daerah Seuramoe Mekkah (Serambi Mekkah), dikarenakan Aceh merupakan tempat pertama masuk agama Islam ke wilayah Indonesia.

Aceh juga merupakan daerah yang pertama kali membangun sebuah Kerajaan Islam yakni Samudera Pase dan Peureulak.

Namun, siapa sangka pada tahun 2004 silam Aceh diporak porandakan oleh bencana alam berupa bencana Tsunami.

Tepat pada Minggu pagi tanggal 26 Desember 2004 lalu, gempa dan tsunami yang berkekuatan 9,3 Skala Richter (BMKG) telah menghancurkan kota Banda Aceh dan sekitarnya.

Dengan memakan korban jiwa kurang lebih 200 ribu orang yang meninggal.

Gempa yang cukup besar itu juga dirasakan diberbagai Negara tetangga lainnya seperti, Thailand, Malaysia, Sri Lanka dan Myanmar.

Seiring berjalannya waktu, Aceh mulai bangkit dari keterpurukkan, Aceh berkembang cukup pesat pasca kejadian bencana alam itu.

Terlihat dari berbagai macam pembangunan infrastruktur yang besar nan megah.

Tak hanya itu, banyak ditemukan tempat wisata-wisata menarik bekas peninggalan tsunami ataupun sebagai monumen-monumen penting untuk mengenang peristiwa alam tersebut.

Salah satunya PLTD Kapal Apung, yang merupakan sebuah kapal pembangkit listrik yang berada di Pelabuhan Ulhee Lheue

Tampak Depan PLTD Kapal Apung. Foto: Maryanti/Times.id

Kapal dengan panjang 63 meter ini mampu menghasilkan daya sebesar 10,5 megawatt. Dengan luas mencapai 1.900 meter persegi dan bobot 2.600 ton, tidak ada yang membayangkan kapal ini dapat bergerak hingga ke tengah Kota Banda Aceh.

Kapal ini juga merupakan salah satu saksi bisu atas kejadian tsunami pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2004 lalu.

Akibat hantaman gelombang pasang tsunami itu, membuat Kapal Apung ini terseret ke desa Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh.

Kapal Apung terseret sejauh 5 km ke jantung kota Banda Aceh, dengan gelombang pasang setinggi 9 meter

PLTD Kapal Apung telah menjadi milik pemerintah yang dijadikan sebagai wisata edukasi .

Tampak Samping PLTD Kapal Apung. Foto: Maryanti/Times.id

Jika anda berangkat dari pusat kota jarak yang ditempuh sekitar 2,8 km dengan waktuh tempuh 7 menit.

Lokasi yang sangat strategis ini dimanfaatkan untuk menarik para wisatawan.

Tempat wisata ini banyak didatangi pengunjung pada sore hari dan pada hari libur.

PLTD Kapal Apung beroperasi setiap hari mulai dari pagi hingga sore hari.

Monumen bersejarah ini mulai dibuka sejak pukul 08:00-12:00 WIB, lalu setelah jam istirahat dibuka lagi pada pukul 14:00-17:40 WIB.

Perlu diketahui Kapal Apung tidak beoperasi pada jam istirshat, jadi bagi anda yang ingin berkunjung ke tempat wisata ini, disarankan untuk memilih waktu yang tepat untuk berkunjung.

"Biasanya pengunjung PLTD Kapal Apung membludak pada hari libur atau weekend, selain itu di hari libur tempat wisata ini juga banyak dikunjungi pada sore hari", ujar Masyitah salah satu penjual souvernir di PLTD Kapal Apung, Selasa (17/01/2023).

Masyitah juga menjelaskan banyak wisatawan dari luar yang berdatangan,
Hal ini dibuktikan dengan adanya dua rombongan wisatawan dari Malaysia berkunjung ke PLTD Kapal Apung pada Senin siang 16 Januari lalu.

Pecahan Puing. Foto: Maryanti/Times.id

Monumen Tsunami, Gelombang dan Puing. Foto: Maryanti/Times.id

PLTD Kapal Apung tidak hanya menjadi wisata liburan semata, tapi juga dimanfaatkan sebagai sarana edukasi.

Itulah yang menjadi daya tarik bagi para pengunjung, tak hanya tampak kapal yang memberikan seribu kenangan bersejarah.

Namun, tempat bersejarah ini juga memiliki segudang ilmu yang kerap dijadikan sebagai wisata edukasi bagi siapa saja.

Sangat disayangkan, berdasarkan hasil pengamatan saya saat berkunjung ke PLTD Kapal Apung, kondisi tempat wisata ini kurang diperhatikan oleh Pemerintah setempat.

Padahal sungguh banyak nilai yang terkandung dalam monumen bersejarah ini.

Semoga kedepan pemerintah lebih memerhatikan monumen bersejarah ini agar tingkat eksistensinya tetap terjaga.

Sehingga dapat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke wisata PLTD Kapal Apung.