Menkop UKM Teten Siapkan Koperasi Untuk Nelayan Kecil Agar Naik Kelas

Korporatisasi nelayan bisa memudahkan akses modal dan pemasaran
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengan (Menkop UKM) Teten Masduki mengajak nelayan kecil yang tergabung dalam Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) untuk berkoperasi. Ia meyakinkan bahwa, koperasi bisa bikin nelayan naik kelas.

Ketua KNTI Riza Damanik bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menkop UKM Teten Masduki berdialog dengan perwakilan nelayan dalam Munas IV KNTI, di SMESCO Indonesia, Selasa (19/7). Foto: Kausar

JAKARTA - Menurutnya banyak keuntungan yang akan diperoleh oleh nelayan tradisional jika berkoperasi. Diantaranya, nelayan yang terdata di koperasi akan lebih mudah mendapatkan akses pendanaan termasuk bantuan pemerintah.

Selain itu, koperasi bisa membantu untuk membeli dan memasarkan hasil tangkapan nelayan. Kemudian pemerintah lebih dimudahkan, karena nelayan tergabung secara kolektif di bawah payung hukum.

"Kita tidak mungkin mengaddress satu-persatu. Untuk naik kelas itu haru gabung dalam koperasi," kata Teten saat menjadi pembicara dalam Musyawarah Nasional (Munas) ke IV Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) di Gedung SMESCO Indonesia, Selasa,19 Juli 2022.

Ia mencontohkan Norwegia, sebagai salah satu negara yang disebut berhasil mengelola sektor perikanannya dengan baik. Bahkan bisa lebih maju dari industri minyak dan gas (Migas).

"Norwegia itu pendapatannya bukan lagi dari migas dan kesehatan tapi dari budidaya ikan salmon," ceritanya.

Di Indonesia ia mencontohkan kisah sukses Koperasi Minosaroyo di Cilacap yang mampu mengelola penyediaan BBM hingga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) nelayan. Dengan koperasi, nelayan lebih mudah terakses pembiayaan bank, pasar dan inovasi.

"Hal yang sama dilakukan nelayan di Jepang, mereka bahkan bisa menjadi pemain utama perikanan dunia," tandasnya.

Di sektor pertanian, program korporatisasi petani berbasis koperasi juga digencarkan. Seperti koperasi 1000 petani pisang berlahan sempit di Tenggamus (Lampung). Begitu juga dengan para petani sayur di Ciwidey, Bandung yang tergabung dalam Koperasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq.

Pihaknya juga tengah menggodok koperasi untuk perkebunan sawit rakyat. Agar harga tandan buah segar (TBS) tidak anjlok. Yakni dengan membangun pabrik kelapa sawit (PKS) mini

"Yang biasanya susah menjual TBS-nya, karena ke pabrik jauh. Sekarang setiap seribu hektar bikin CPO mini dan bisa bikin minyak goreng," pungkasnya.