Desa Wisata, Andalan Sektor Pariwisata Bangkitkan Ekonomi Pasca Pandemi

32 Desa Wisata dari Sumatera Barat sampai Papua Barat disertifikasi.
Selama pandemi, sektor pariwisata sangat terpuruk. Tapi desa wisata diyakini bisa menjadi andalan dalam mendorong kebangkitan ekonomi pasca Pandemi Covid-19.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Kemenparekraf Vinsensius Jemadu bersama dosen Perbanas Ovalia Rukmana, Ph.D di Webinar series ke-25, Rabu, 22 Juni 2022. Foto: Ist

JAKARTA - Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI menunjukkan penurunan kunjungan wisatawan manca negara hingga 75 persen di tahun 2020, akibat pembatasan perjalanan. Kerugian di sektor Pariwisata di tahun 2020 mencapai Rp 10 triliun.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Kemenparekraf Vinsensius Jemadu mengatakan kementeriannya mulai menggerakkan Desa Wisata sebagai bagian dari ekonomi kreatif yang menjadi lokomotif penciptaaan lapangan pekerjaan.

"Terutama untuk sektor yang menyerap dan menggerakan ekonomi," kata Vinsensius, dalam Webinar series ke-25 yang bertema “Pengembangan Destinasi Pariwisata & Pengembangan Desa Wisata untuk Membangkitkan Perekonomian Bangsa itu, Rabu, 22 Juni 2022.

Webinar ini digelar oleh Prodi D-3 Keuangan dan Perbankan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Perbanas Institute, Jakarta berkolaborasi dengan Kemenparekraf ini dipandu oleh Ovalia Rukmana, Ph.D, dosen Perbanas Institute.

Anak buah Sandiaga Uno memastikan bahwa desa wisata ini adalah fokus perhatian kementeriannya. Selain pembangunan infrastruktur pariwisata di 5 destinasi wisata prioritas dan menggalakkan calendar of event di destinasi wisata super prioritas.

Untuk diketahui, desa wisata sebagai Village Tourism atau wisata pedesaan menjadi pilihan menarik karena menjadi trend perubahan wisata kekinian. Semula pariwisata lebih banyak dalam bentuk wisata massal (Mass Tourism) sebagaimana rekreasi biasa dengan daya tarik, populer seperti laut, pasir dan matahari.

Kemudian trend bergerak ke Wisata Alternatif (Alternative Tourism), yaitu kembali ke alam, interaksi dengan masyarakat dengan daya Tarik seperti belajar budaya dan keunikan lokal.

Trend terbaru saat ini adalah wisata pedesaan (Village Tourism) dengan daya tarik tematik yang menyajikan aktivitas perdesaan dan kearifan lokal masyarakat sebagai atraksi.

“Pemerintah, sudah bekerjasama dengan perbankan untuk masalah pembiayaan serta terkait dengan potensi infrastruktur, pemerintah menyediakan platform yang bernama Jadesta (Jejaring Desa Wisata), yang bisa mengindentifikasi apa kebutuhan mendasar dari desa tersebut,” tambah Vinsensius Jemadu.

Pengembangan desa wisata juga merupakan salah satu bentuk percepatan pembangunan desa secara terpadu untuk mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa.

Karena itu, tiap daerah dan desa perlu mencermati potensi yang dimilikinya untuk diangkat dan dikembangkan agar memberikan nilai tambah manfaat serta menghasilkan produktivitas yang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Sepanjang tahun 2020-2021 sebanyak 32 Desa Wisata di Indonesia yang membentang dari Sumatera Barat hingga Papua Barat telah mendapatkan Sertifikasi Berkelanjutan dari Kemenparekraf.