Khutbah Shalat Ied di Aceh Tamiang, Prof Syamsul Bahas Predikat Fitrah & Kebhinekaan

Predikat fitrah sebagai modal utama menghadapi setiap dinamika kehidupan.
Guru Besar Filsafat Islam FUF UIN Ar Raniry, Banda Aceh Prof Syamsul Rijal BA MAg saat menjadi khatib Shalat Idul Fitri 1443 H di Masjid Al Fuad, Aceh Tamiang, Senin (2/4/2022). FOTO: IST

Manusia beriman yang berpuasa memperoleh ketakwaan diberikan predikat fitrah. Kembali kepada kesucian menjadi modal utama menghadapi dinamika kehidupan.

Hal itu disampaikan oleh Guru Besar Filsafat Islam FUF UIN Ar Raniry, Banda Aceh Prof Syamsul Rijal BA MAg dalam khutbah Shalat Idul Fitri 1443 H di Masjid Al Fuad, Aceh Tamiang, Senin (2/4).

Menurutnya, ibadah Ramadhan telah menggembleng umat Islam agar punya karakter sabar, disiplin, dan peduli terhadap situasi sosial. Karakter demikian sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan percaya diri menjadi bagian terbaik terhadap kepedulian kemanusiaan.

Predikat fitrah sebagai modal utama menghadapi setiap dinamika kehidupan, adalah konsekuensi dari ketakwaan. Predikat ini pula yang menghadirkan nilai ilahiyah. Dimana seseorang dengan ibadah puasanya telah terjalin hubungan emosionalitas yang mengental terhadap Tuhannya.

"Allah dijadikan tumpuan harapan, tempat berdoa, tempat pengabdian esensial dalam menjalani dinamika kehidupan," kata Prof Syamsul dalam khutbahnya.

Konsekuensi ketakwaan berikutnya adalah nilai insaniyah. Prof Syamsul menjelaskan, ibadah Ramadhan menanamkan karakter manusia berkesadaran terhadap nilai nilai kemanusiaan.

Kesadaran kebhinnekaan bahwa entitas manusia yang multietnis multi pemahaman berkehidupan yang paling mulia disisi Tuhan adalah mereka yang bertakwa.

Nilai berikutnya, sebut putra Asli Aceh Tenggara ini adalah nilai akhlaqiyah. Menurutnya, ketakwaan membentuk karakter akhlak mulia.

Ibadah Ramadhan membentuk pribadi peduli, pribadi yang tabah, pribadi berpikiran dan berwawasan luas bahwa entitas kehadiran manusia purna adalah mereka yang berfaedah bagi manusia lainnya.

Ia mengajak jemaah shalat Ied, menjadikan spirit Idul Fitri untuk bangun kebhinnekaan, spirit yang mengajarkan kepedulian yang integratif bagi hadirnya sosok yang humanis.

"Kepribadian humanis bersifat kontemporer dan futuristik diperlukan dalam menciptakan tatanan kemanusiaan yang berkeadaban," tandasnya.