Dunia Pers Kembali Berduka, Mantan Ketua PWI Pusat Margiono Wafat

Pesan duka berantai, mengiringi kepergian wartawan senior Margiono. Tokoh pers yang mewarnai dunia jurnalistik Indonesia sejak rezim Orde Baru, hingga saat ini.

FOTO: Rakyat Merdeka  


JAKARTA - Ia diketahui berpulang tadi pagi, sekitar pukul 09.02 WIB di Rumah Sakit Modular Pertamina, Jakarta.


"Mohon doa agar Almarhum diberikan surga terbaik di sisi Allah SWT. Kami yang berduka. Keluarga Besar

Rakyat Merdeka," bunyi pesan WhatsApp tersebut.


Margiono mengawali karir profesionalnya sebagai wartawan di Jawa Pos, hingga mentok di jabatan terakhirnnya sebagai Pemimpin Redaksi. Lalu bos Jawa Pos saat itu, Dahlan Iskan memberikan kepercayaan kepadanya untuk memimpin Harian Rakyat Merdeka, koran spesialis politik grup Jawa Pos. Hingga saat ini, ia menjabat sebagai Direktur Utama di koran dengan jargon The Political News Leader itu.


Karir Margiono di dunia pers kian matang dan dikenal secara luas, setelah terpilih sebagai Ketua PWI Pusat pada Kongres XXII di Banda Aceh, Juli 2008 lalu. Ia sempat menjabat selama 2 periode, hingga kini Margiono didapuk sebagai Ketua Dewan Pembina PWI Pusat.


Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pers, periode 2013-2016. Saat itu, Ketua Dewan Persnya adalah Bagir Manan, mantan Ketua Mahkamah Agung.


Dahlan Iskan sempat sempat menyebut nama Margiono dalam tulisannya di Disway.id, Jumat (28/1) lalu. Mantan Menteri BUMN ini bilang, Margiono ketahuan positif Covid-19 ketika ingin berobat untuk penyakit lain.


"Ia tidak mengira terkena Covid. Juga keluarganya. Hari itu ia merasa sesak napas. Lalu ke rumah sakit Eka, Serpong," cerita Dahlan.


Margiono sebutnya, sejak lama memang penderita gula darah. Sejak masih wartawan, atau setelah menjadi redaktur. 


"Badannya yang tergemuk di antara kami. Makannya yang terbanyak di antara siapa pun. Guyonnya selalu soal makanan: tidak ada makanan yang tidak enak baginya. Makanan itu, katanya, hanya punya dua klasifikasi: enak dan enak sekali," lanjutnya.


Dahlan juga mengenang kepiawaian Margiono setiap berpidato di depan presiden, khususnya saat perayaan Hari Pers Nasional saban tahun ketika masih menjabat sebagai Ketua PWI.


"Pidatonya selalu lucu dan menyenangkan. Ia memang seorang dalang wayang kulit," kenangnya.


Presiden Jokowi yang hadir di setiap Hari Pers Nasional juga kerap membalas guyonan Margiono. Salah satunya, saat digelar di Sumatera Barat, tahun 2018 lalu. Ia menyebut, koran yang dipimpin Margiono itu menjengkelkan.


Saat itu, dalam sebuah dialog, Jokowi berganti peran dengan Yusri, seorang wartawan dari Surabaya. Wartawan tersebut jadi presiden, sementara Jokowi jadi wartawan. Banyak hal yang ditanyak, mulai dari menteri hingga media.


"Media apa yang paling menyebalkan, yang sering bikin jengkel?" tanya Jokowi.


"Media abal-abal," jawab Yusri.


"Tidak ada media abal-abal di lingkungan istana, tidak ada abal-abal, medianya semua resmi, tapi banyak yang menyebalkan. Entah TV, entah online, entah cetak," katanya.


"Rakyat Merdeka," kata Yusri.


Mendengar jawaban itu, Jokowi sontak tertawa. "Pak presiden ini blak-blakan seperti perasaan saya, sama persis," kata Jokowi.


"Kenapa Rakyat Merdeka?" tanya Jokowi.


"Kalau Rakyat Merdeka, pemimpin susah," jawab Yusri.


Memang, koran Rakyat Merdeka dikenal dengan judul-judul headline yang bombastis dan berani. Termasuk, karikaturnya yang nakal dan kritis.


Sebelum di Rakyat Merdeka, saat orde baru.Margiono juga pernah menampilkan kover Presiden Soeharto berpakaian raja dalam kartu king di majalah D&R. Kover ini membuat heboh masa itu. Aksi berani ini membuat majalah tersebut kehilangan SIUPP.


Selamat jalan Pak Margiono. Terima kasih atas karya-karya jurnalistik dan pikirannya tentang pers selama ini.