Omicron Meledak Di Daerah Yang Capaian Vaksinasinya Tinggi, Ini Kata Luhut

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan mengakui bahwa kasus Omicron meledak di daerah dengan capaian vaksinasi tinggi. Lalu apa jalan keluarnya?


Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: Kemenkomarves


JAKARTA - Soal ini dibahas ketika memimpin Rapat Koordinasi Evaluasi PPKM Jawa-Bali bersama seluruh Gubernur Jawa-Bali dan Forkompimda guna mengantisipasi gelombang varian omicron yang sedang mewabah saat ini.


“Hingga saat ini angka kematian masih tetap terjaga meskipun  terjadi peningkatan kasus" ungkap Menko Luhut, Kamis (20/1).


Meski begitu, melihat pengalaman negara lain, perawatan rumah sakit dan tingkat kematian tetap dapat meningkat ketika kasus naik berkali-kali lipat. Karena itu, upaya flattening the curve atau memperlandai kenaikan kasus positif, harus dilakukan untuk mengurangi beban sistem kesehatan. 


"Kuncinya adalah penegakan protokol kesehatan dan akselerasi vaksinasi di tiap daerah,” tuturnya.


Ia mengakui bahwa, kasus saat ini sebagian besar terjadi di daerah Jabodetabek yang capaian vaksinasi dosis 1 dan 2-nya sudah tinggi. Jalan keluarnya, kata Luhut vaksinasi booster harus segera dikejar di daerah Jabodetabek.   


“Hari ini teater perang sesungguhnya akibat peningkatan kasus terjadi di wilayah Jabodetabek, untuk itu saya minta provinsi DKI, Banten, dan Jawa Barat agar segera mengakselerasi vaksinasi booster," harapnya. 


Mengingat Jabodetabek adalah pusat mobilitas, penyebaran kasus ke provinsi lain dapat terjadi dengan lebih cepat. Meski belum terjadi peningkatan signfikan di provinsi lain, provinsi lain juga harus tetap bersiap. 


Jika menilik data terbaru, untuk wilayah DKI Jakarta saja total sudah 774 kasus Omicron dari pelaku perjalanan luar negeri atau PPLN. Sementara 280 kasus lainnya non-PPLN.


Padahal, cakupan vaksinasi di DKI Jakarta, per Kamis (20/1) sudah mencapai 119 persen atau sekitar 12,08 juta orang untuk dosis satu. Dengan 71 persen diantaranya KTP DKI, sisanya KTP non DKI.


Sementara vaksin dosis 2, mencapai 95,3 persen atau sekitar 9,61 juta penduduk. Dengan proporsi 72 persen KTP DKI, non DKI 28 persen.