Lawan Covid, Indonesia Vs Malaysia Siapa Yang Lebih Sakti?

Menteri Kesehatan Malaysia baru saja disentil oleh anggota DPR nya, gara-gara kasus hariannya kalah cepat turun dari Indonesia.

ILUSTRASI: TIM TIMES  

PADAHAL, dari segala sisi, penanganan Covid-19 di Malaysia jauh lebih baik dari Indonesia. Dari segi persentase vaksinasi misalnya.


Per 3 September, sudah 63,4 persen penduduk Malaysia sudah divaksinasi dosis pertama. Itu artinya ada sekitar 20,2 juta lebih penduduk divaksin.


Kurva cakupan vaksinasi di Malaysia

Sementara untuk penerima dosis kedua atau dosis lengkap, sudah 48,8 persen. Itu 15,6 juta penduduk atau setengah dari total penduduk negeri jiran yang mencapai sekitar 30 juta jiwa.


Sedangkan cakupan vaksinasi di Indonesia untuk dosis lengkap baru 14,1 persen. Atau sekitar 38 juta penerima. Untuk penerima vaksin dosis pertama, 24,5 persen atau 66,3 juta penerima.


Cakupan vaksinasi Indonesia


Jumlah testing dan tracing juga Indonesia kalah jauh. Menurut hitungan epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman, bisa 8 kali lipat lebih banyak dari Indonesia per seribu orang.


"Kurang lebih ya 8 kali lipat, lebih banyak," kata Dicky dalam perbincangan dengan Times.id, Minggu (5/9).

ILUSTRASI: TIM TIMES  

Apalagi? Dalam soal pembatasan mobilitas masyarakat, Malaysia juga tidak kalah ketat dari Indonesia. Tetangga dekat kita itu termasuk salah satu negara yang sering memberlakukan lockdown.


Tapi hasilnya, kurva penambahan kasus Covid-19 di Indonesia jauh lebih cepat turunnya dari Malaysia.


Penambahan kasus positif Covid-19 harian di Indonesia

Hingga per 4 September, kasus harian  Indonesia berada di angka 6.727 kasus. Malaysia, di hari yang sama penambahan kasus hariannya masih 3 kali lipat lebih tinggi dari Indonesia yakni 19.057 kasus.


Padahal, dua negara ini sama-sama ngegas kasusnya sejak Mei hingga Juli. Jika Indonesia puncaknya di 15 Juli dengan 56.757 kasus harian, Malaysia mencapai puncaknya di 28 Agustus dengan 22.597 kasus. Tapi penurunan kasus Malaysia kurang tajam.


Kurva kasus positif Covid-19 harian di Malaysia.


Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur juga masih di kisaran 90 persen per 1 September 2021. Sementara BOR di Indonesia sudah di bawah 25 persen.


Soal angka kematian, Malaysia juga masih menunjukkan tren peningkatan. Yakni 362 kasus kematian akibat Covid-19 per 4 September 2021. Sementara Indonesi yang menunjukkan tren penurunan, mencatatkan 539 angka kematian di hari yang sama.


Tes positivity rate Indonesia juga terus turun hingga di angka 9,3 persen per 1 September 2021. Sementara Malaysia masih di atas 20 persen di periode 22-28 Agustus lalu.


Tak heran, anggota DPR Malaysia Lim Kit Siang menginterogasi Menkes Malaysia Khairy Jamaluddin ketika membandingan hasil dari penanganan Covid-19 di negaranya dengan Indonesia


Baca Juga: Kemenkes: Penurunan Kasus Covid-19 Nyata, Bukan Cuma di "Atas Kertas"


Pertama, ia menilai gencarnya vaksinasi di Malaysia tidak akan membantu penyelesaian masalah Covid-19 di Malaysia.


"Ini bukan mencari-cari kesalahan tetapi untuk mencari cara meningkatkan penanganan kita terhadap pandemi Covid-19 sehingga memenangkan perang melawannya," kata Lim seperti dilansir Malay Mail, Jumat (3/8) lalu.


Ia juga miris melihat makin tingginya angka kematian, yakni mencapai 8,48 orang per 1 juta jiwa. Tertinggi di Asia Tenggara. Di peringkat kedua, Vietnam mencatatkan 8,19 orang per satu juta jiwa. Sementara Indonesi,  di 2,36 per satu jiwa.


"Kami akan menembus angka 1,8 juta untuk total kumulatif kasus Covid-19 hari ini," kesalnya.


Selain vaksinasi, pemimpin DAP Malaysia itu juga kesal karena seruannya soal lockdown tidak didengar pemerintah. Menurutnya, Malaysia terjebak pada kepercayaan buta pada penguncian total akan menurunkan Covid-19 hingga 0 kasus. Sementara buktinya justru tidak.


Lebih baik, saran dia pembatasan dilakukn secara parsial atau ditargetkan. Mirip-mirip PPKM Mikro di Indonesia.  


Baca Juga: Waspada! Indonesia Hadapi Gelombang Ketiga Covid-19 di Bulan Oktober


Ahli epidemiologi Dicky Budiman menilai wajar, jika Malaysia heran melihat perkembangan Covid-19 di Indonesia yang di atas kertas menunjukkan kemajuan pesat.


"Malaysia harus paham juga Indonesia ini adalah negara kepulauan. Yang menurun itu Jawa- Bali. Itu pun belum benar-benar menurun," terang Dicky ketika dikonfirmasi, Minggu (5/9).


Selain itu, sulit juga bagi Indonesia untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya, karena menurut Dikcy jumlah tes di Indonesia masih sedikit.