4 Skenario Potensial Setelah Taliban Berkuasa

Belum ada rumusan yang pasti, bagaimana kebijakan pemerintahan Afghanistan setelah dikuasai Taliban. Lalu bagaimana dampaknya bagi percaturan politik dunia. Tapi, setidaknya ada 4 skenario yang potensial terjadi. Apa itu?

Pengamat politik internasional Arya Sandhiyudha. FOTO: IST


JAKARTA - Pengamat politik internasional Arya Sandhiyudha mengatakan peta politik dalam dan luar negeri Afghanistan sangat tergantung pada bagaimana Taliban mengembangkan pengelolaan negara.


“Tapi ada empat skenario yang potensial,” kata Arya, ketika dikonfirmasi Sabtu (21/8) malam.


Pertama, sebutnya, perang sipil akan berkelanjutan. Namun dalam bentuk legal-formal antara Pemerintah Taliban dengan militer lama, etnik Tajik, dan faksionasi lain.


Kedua, kekuatan Taliban menguat. Ini yang diharapkan. Karena ketika pendekatan neo Taliban berhasil, aktor kuat di luar Afghanistan tidak akan banyak melakukan intervensi.


Alumnus doktor ilmu politik dan hubungan internasional Fatih University, Istanbul, Turki ini menambahkan, skenario ketiga adalah skenario Asia Tengah.


“Kalau Uzbekistan, Tajikstan, Kyrigistan mengalami kemuakan dengan luapan gelombang pengungsi. Juga kalau Iran, Turki, dan Eropa mengalami krisis pengungsi,” terangnya.


Sementara skenario keempat adalh exercise militer kembali terjadi. Hitungannya, sangat mungkin kalay penguasaan Taliban akan menjadi pintu reaktivasi gerakan yang mengembangkan narasi dan diskursus Taliban.


Ia menerangkan, interpretasi keyakinan keagamaan Taliban memang memiliki kompleksitas tersendiri. Terlebih mengenai bagaimana pendekatan mengelola negara. 


Kerumitan itu tercermin dari kondisi Afghanistan pasca-Taliban berkuasa yang berdampak langsung pada seluruh warga segala negara-bangsa yang ada di Afghanistan yang secara alami sebagiannya memilih berupaya untuk "lari" dari Afghanistan. 


“Indonesia perlu memperhatikan dampak pengembangan diskursus dan narasi bagi banyak negara dunia,” nilainya.


Selain itu, masih banyaknya warga yang mengungsi menunjukkan ketakutan dan traumatik warga pada Taliban ketika berkuasa 1999-2000 lalu masih ada. 


Taliban, harapnya dituntut menghadirkan pemerintahan koalisi ragam faksionasi. Demi menjamin perdamaian, stabilitas, dan keamanan kawasan. 


“Itikad baik pendekatan Neo Taliban masih perlu diuji,” imbuh Arya.


Lagi pula, begara-negara tetangg memiliki sikap beragam dalam merespons kondisi Afghanistan saat ini. Iran dan Pakistan misalnya, dua negara yang memiliki kecenderungan pemihakan kepada Taliban. Tentu akan berbeda dengan Tajikstan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Kyrgystan dalam pandangan para pengungsi. 


“Sementara, Turki, sudah membangun tembok tambahan, menambah pasukan, serta drone di perbatasan untuk mencegah pengungsi ilegal dari Afghanistan,” pungkasnya.