Bulan Depan, Jutaan Dosis Vaksin Corona Made in China Masuk

Menko bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menemui bos-bos produsen vaksin Covid-19 di Yunan, China Sabtu (10/10).

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dalam sebuah pertemuan di Yunan, China. Foto: Kemenko Marves

YUNAN, CHINA - Bos-bos vaksin itu berasal dari perusahaan Cansino, G42/Sinopharm, dan Sinovac. Pertemuan juga diikuti Duta Besar RI Djauhari Oratmangun dan Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir.

Jutaan dosis vaksin Covid-19 disebut mulai masuk ke Indonesia, akhir tahun ini. Tahap awal, sebanyak 15 juta dosis vaksin (dual dose) berasal dari G42 atau Sinopharm. 5 juta dosis diantaranya masuk bulan November.

Cansino juga akan mengirim vaksinnya bulan depan. Jumlahnya 100,000 vaksin (single dose). Sementara Sinovac mengirim 3 juta dosis vaksin hingga akhir Desember 2020.

Masing-masing, Sinovac akan mengirim 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) pada minggu pertama November dan 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) lagi pada minggu pertama Desember 2020. Ditambah 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk.

Tahun 2021, produksi vaksin ditambah. Sinopharm 50 juta (dual dose), Cansino 20 juta (single dose), Sinovac 125 juta (dual dose).

Untuk diketahui, single dose artinya satu orang hanya membutuhkan 1 dosis vaksinasi, sementara dual dose membutuhkan 2 kali vaksinasi untuk satu orang.

Bagaimana dengan kehalalannya?

Dirut Bio Farma Honesti Basyir mengatakan MUI akan dilibatkan dalam menjamin vaksin Sinovac dan Cansino. Begitu juga dengan kehalalan vaksin G42/Sinopharm.

"MUI-nya Abu Dhabi sudah menyatakan no issue dengan kehalalan vaksin G42" ucapnya.

Sementara untuk menjamin kualitas, pemerintah akan mengirim tim inspeksi ke China untuk melihat kualitas fasilitas produksi. Karena vaksin Sinovac, dan Cansino diproduksi di sana.

Tim tersebut terdiri dari BPOM, Kemenkes dan Bio Farma. Mereka akan berangkat pada Rabu (14/10). Sementara vaksin G42/Sinopharm akan diambil dari data uji klinis di Uni Arab Emirate (UAE).

Sejauh ini, vaksin dari ketiga perusahaan tersebut diklaim sudah masuk pada tahap akhir uji klinis tahap ke-3. Kini dalam proses mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) di sejumlah negara.

Cansino melakukan uji klinis tahap ke-3 di Tiongkok, Arab Saudi, Rusia dan Pakistan. G42/Sinopharm melakukan uji klinis tahap ke-3 di Tiongkok, Uni Emirat Arab (UEA), Peru, Moroko dan Argentina. Sementara itu Sinovac melakukan uji klinis tahap ke-3 di Tiongkok, Indonesia, Brazil, Turki, Banglades, dan Chile.

Emergency Use Authorization dari Pemerintah Tiongkok telah diperoleh ketiga perusahaan tersebut pada bulan Juli 2020. Pemerintah UAE ikut memberikan emergency use authorization kepada G42/Sinopharm.

Menkes Terawan mengatakan tenaga kesehatan, guru dan aparat keamanan yang berada di garis terdepan dalam penanganan Covid-19 akan divaksin duluan.

"Pada tahap awal, kami akan memberikan prioritas vaksin kepada mereka," kata Terawan.

Biaya vaksinnya akan ditanggung pemerintah. Syaratnya, pertama tidak mampu dan merupakan Penerima Bantuan Iuran alias PBI dalam BPJS Kesehatan.

Dari data yang dirangkum Financial Times (23/9), baru Indonesia dan Brazil yang mengimpor vaksin dari Sinovac.

Sementara China lebih memilih vaksin dari Oxford/AstraZeneca. Vaksin dari Oxford ini juga diminati Inggris, Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, Australia, India, Brazil dan Latam ex-Brazil.

Meskipun vaksin Covid-19 AstraZeneca itu sempat menimbulkan reaksi berbahaya. Sampai-sampai studi klinis fase 3 dihentikan. Laporan percobaan yang dijeda itu sempat membuat nilai sahamnya anjlok hingga 6 persen.

Produsen vaksin lain yang juga dipilih banyak negara adalah Novavax, J&J Jansen, Moderna, Pfizer/BioNTech, Sanofi/GSK. Sedangkan U of Queensland/GSK juga masih minim peminat. Diketahui baru Australia yang memesannya.