TikTok Kini Kembali Dapat Akses di Amerika Serikat
TikTok kembali, masa depannya tetap penuh ketidakpastian hukum
TikTok kini kembali dapat diakses di Amerika Serikat. Namun, seberapa lama hal ini akan bertahan, sangat bergantung pada langkah yang diambil Presiden terpilih, Donald Trump.
TIMES.id - Pada Minggu siang, TikTok mengembalikan akses bagi pengguna AS setelah 14 jam penuh gejolak di mana aplikasi ini sempat memutuskan layanan sementara.
TikTok mengucapkan terima kasih kepada Trump atas kembalinya aplikasi ini, setelah ia berjanji untuk menandatangani perintah eksekutif yang menunda pemberlakuan undang-undang yang mengharuskan TikTok memisahkan diri dari perusahaan induknya yang berbasis di China, ByteDance, atau dilarang mulai Minggu.
“Saya akan mengeluarkan perintah eksekutif pada Senin untuk memperpanjang waktu sebelum larangan undang-undang berlaku, agar kita dapat mencapai kesepakatan yang melindungi keamanan nasional kita,” kata Trump dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Minggu.
Ia juga menambahkan bahwa ia tidak akan menyalahkan mitra teknologi TikTok, termasuk Apple, Google, dan perusahaan komputasi awan Oracle atas terus tersedianya aplikasi tersebut hingga ia menandatangani perintah tersebut.
Reaksi Pengguna dan TikTok
Reaksi ini memberikan kejelasan dan kepastian bagi mitra layanan TikTok, sehingga mereka dapat mengembalikan akses bagi pengguna AS. TikTok pun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Trump.
“Kami berterima kasih kepada Presiden Trump atas kejelasan dan kepastian yang diberikan kepada penyedia layanan kami, sehingga mereka tidak akan dikenai sanksi saat menyediakan TikTok,” ujar TikTok dalam pernyataan resmi pada Minggu. “Kami akan bekerja sama dengan Presiden Trump untuk solusi jangka panjang agar TikTok tetap berada di Amerika Serikat.”
Persyaratan Undang-Undang dan Tantangan Ke Depan
Undang-undang yang disahkan dengan dukungan bipartisan dan ditandatangani oleh Presiden Joe Biden tahun lalu, mewajibkan ByteDance untuk menjual TikTok kepada pembeli dari Amerika Serikat atau sekutu karena kekhawatiran bahwa aplikasi tersebut dapat menimbulkan risiko keamanan nasional. Sejauh ini, ByteDance belum menunjukkan keinginan untuk menjual.
Trump menyarankan agar pembeli dari Amerika membeli setengah dari perusahaan tersebut dan menjalankannya sebagai usaha patungan 50-50 dengan pemilik saat ini.
Namun, belum jelas apakah solusi ini akan memuaskan anggota Kongres yang mengesahkan undang-undang tersebut, termasuk dari partai Trump sendiri yang khawatir akan kontrol asing atas platform populer ini.
Tekanan pada Trump
TikTok sebenarnya tidak harus mematikan layanannya. Undang-undang hanya mewajibkan mitra teknologi TikTok, termasuk Oracle, Apple, dan Google, untuk menghentikan dukungan atau menghadapi denda hingga $5.000 per pengguna mulai Minggu.
Meski begitu, beberapa mitra layanan penting menyatakan kekhawatiran mereka kepada TikTok, yang akhirnya memutuskan untuk sementara waktu mematikan layanannya sebagai bentuk tekanan pada Trump agar bertindak cepat.
Langkah ini tampaknya berhasil sebagai kemenangan politik bagi Trump dengan pemuda Amerika, meski Trump sendiri yang pertama kali mencoba melarang aplikasi ini pada masa jabatan sebelumnya.
Harapan dan Rencana ke Depan
TikTok menyatakan keyakinannya bahwa Trump akan bekerja sama dengan mereka untuk solusi jangka panjang. CEO TikTok, Shou Chew, juga memuji Trump dalam sebuah video, mengatakan bahwa mereka merasa bersyukur memiliki dukungan dari seorang presiden yang memahami platform mereka.
Namun, sampai kesepakatan penjualan terjadi, masa depan TikTok di Amerika Serikat masih sangat tidak pasti. Beberapa pembeli potensial telah menunjukkan minat, namun belum ada kepastian tentang langkah selanjutnya.
Dengan adanya kemungkinan perpanjangan waktu 90 hari oleh Trump, TikTok berharap dapat menemukan solusi yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Namun, tantangan hukum dan tekanan dari Kongres tetap menjadi hambatan yang harus dihadapi ByteDance. Hingga ada keputusan akhir, TikTok tetap berada dalam ketidakpastian.
![]() |
Ilustrasi Tik Tok. Foto: pixabay/@antonbe |
TIMES.id - Pada Minggu siang, TikTok mengembalikan akses bagi pengguna AS setelah 14 jam penuh gejolak di mana aplikasi ini sempat memutuskan layanan sementara.
TikTok mengucapkan terima kasih kepada Trump atas kembalinya aplikasi ini, setelah ia berjanji untuk menandatangani perintah eksekutif yang menunda pemberlakuan undang-undang yang mengharuskan TikTok memisahkan diri dari perusahaan induknya yang berbasis di China, ByteDance, atau dilarang mulai Minggu.
“Saya akan mengeluarkan perintah eksekutif pada Senin untuk memperpanjang waktu sebelum larangan undang-undang berlaku, agar kita dapat mencapai kesepakatan yang melindungi keamanan nasional kita,” kata Trump dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Minggu.
Ia juga menambahkan bahwa ia tidak akan menyalahkan mitra teknologi TikTok, termasuk Apple, Google, dan perusahaan komputasi awan Oracle atas terus tersedianya aplikasi tersebut hingga ia menandatangani perintah tersebut.
Reaksi Pengguna dan TikTok
Reaksi ini memberikan kejelasan dan kepastian bagi mitra layanan TikTok, sehingga mereka dapat mengembalikan akses bagi pengguna AS. TikTok pun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Trump.
“Kami berterima kasih kepada Presiden Trump atas kejelasan dan kepastian yang diberikan kepada penyedia layanan kami, sehingga mereka tidak akan dikenai sanksi saat menyediakan TikTok,” ujar TikTok dalam pernyataan resmi pada Minggu. “Kami akan bekerja sama dengan Presiden Trump untuk solusi jangka panjang agar TikTok tetap berada di Amerika Serikat.”
Persyaratan Undang-Undang dan Tantangan Ke Depan
Undang-undang yang disahkan dengan dukungan bipartisan dan ditandatangani oleh Presiden Joe Biden tahun lalu, mewajibkan ByteDance untuk menjual TikTok kepada pembeli dari Amerika Serikat atau sekutu karena kekhawatiran bahwa aplikasi tersebut dapat menimbulkan risiko keamanan nasional. Sejauh ini, ByteDance belum menunjukkan keinginan untuk menjual.
Trump menyarankan agar pembeli dari Amerika membeli setengah dari perusahaan tersebut dan menjalankannya sebagai usaha patungan 50-50 dengan pemilik saat ini.
Namun, belum jelas apakah solusi ini akan memuaskan anggota Kongres yang mengesahkan undang-undang tersebut, termasuk dari partai Trump sendiri yang khawatir akan kontrol asing atas platform populer ini.
Tekanan pada Trump
TikTok sebenarnya tidak harus mematikan layanannya. Undang-undang hanya mewajibkan mitra teknologi TikTok, termasuk Oracle, Apple, dan Google, untuk menghentikan dukungan atau menghadapi denda hingga $5.000 per pengguna mulai Minggu.
Meski begitu, beberapa mitra layanan penting menyatakan kekhawatiran mereka kepada TikTok, yang akhirnya memutuskan untuk sementara waktu mematikan layanannya sebagai bentuk tekanan pada Trump agar bertindak cepat.
Langkah ini tampaknya berhasil sebagai kemenangan politik bagi Trump dengan pemuda Amerika, meski Trump sendiri yang pertama kali mencoba melarang aplikasi ini pada masa jabatan sebelumnya.
Harapan dan Rencana ke Depan
TikTok menyatakan keyakinannya bahwa Trump akan bekerja sama dengan mereka untuk solusi jangka panjang. CEO TikTok, Shou Chew, juga memuji Trump dalam sebuah video, mengatakan bahwa mereka merasa bersyukur memiliki dukungan dari seorang presiden yang memahami platform mereka.
Namun, sampai kesepakatan penjualan terjadi, masa depan TikTok di Amerika Serikat masih sangat tidak pasti. Beberapa pembeli potensial telah menunjukkan minat, namun belum ada kepastian tentang langkah selanjutnya.
Dengan adanya kemungkinan perpanjangan waktu 90 hari oleh Trump, TikTok berharap dapat menemukan solusi yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Namun, tantangan hukum dan tekanan dari Kongres tetap menjadi hambatan yang harus dihadapi ByteDance. Hingga ada keputusan akhir, TikTok tetap berada dalam ketidakpastian.
Posting Komentar