Kisah si Mukarramah

Mukarramah adalah seorang wanita penyabar yang tidak memiliki anak namun memiliki suami yang berpilaku buruk
Dahulu, hiduplah sepasang suami istri yang tidak memiliki keturunan. Sang Istri bernama Mukarramah, merupakan seorang yang penyabar serta tidak banyak membantah akan suaminya. Sedangkan sang suami adalah seorang pengangguran, penjudi, sering mabuk dan memiliki kebiasaan main perempuan. Istilahnya sudah paket komplit dalam hal keburukan.

Nismawarni, S.Kom. Foto: nismaa.

Bertahun-tahun menjalani rumah tangga dengan keadaan yang demikian, Mukarramah sebagai sorang istri terhitung hanya sekali melakukan bantahan/durhaka kepada sang suami yang notabennya adalah seorang pemabuk, penjudi dan sebagainya tadi.

Seiring waktu berganti, bersama masa yang juga berlalu, setelah bertahun-tahun menjalani rumah tangga, akhirnya sang suami memutuskan untuk menikah lagi dengan perempuan yang lebih muda dan lebih cantik dari Mukarramah. Mulai saat itu, sang istri pertama memutuskan untuk pulang ke kampung halaman.

Menjalani rumah tangga baru bersama istri mudanya, sang suami perlahan merasakan perlakuan yang berbeda antara istri mudanya dengan Mukarramah. Sang suami menyadari kalau istri mudanya tersebut merupakan perempuan yang begitu manja serta terlalu banyak maunya. Ia pun kerap membantah sang suami. Walaupun di kisah ini tidak dijelaskan perangai sang suami, apakah masih seperti yang dulu atau sudah berubah.

Beberapa tahun hidup dengan istri muda serta tingkah laku yang demikian, membuat sang suami merasa tidak tahan lagi hingga berujung kepada perceraian. Sang suami tersebut mulai merindukan kembali sosok Mukarramah sang istri yang selalu sabar dan tidak membantah dirinya.

Merindukan kehadiran Mukarramah dalam hidupnya yang sudah menjadi duda, sang suami mulai mencari tahu keberadaan istri lamanya, Ia mencari kesana kemari hingga sampai ke kampung halaman sang istri tersebut. Sesampainta di kampung halaman, dirinya sangat terkejut mendapati bahwa Mukarramah sang istri yang penyabar dan setia sudah meninggal dunia. Dengan segala kerinduan dan rasa bersalah, sang suami menziarahi makam Mukarramah sang istri. Sang suami terheran karena mendapati makan sang istri tersebut menyembuk tinggi di atas permukaan tanah.

Menurut masyarakat sekitar, si Mukarramah tidak diterima oleh bumi ketika dikuburkan karena memiliki kesalahan atau membantah/durhaka kepada suaminya. Singkat cerita sang suami mendoakan sang istri supaya diampunkan dosanya dan Ia sudah memaafkan kedurhakaan sang istrii. Ia juga memohon kepasa Tuhan supaya menimpakan segala dosa dan kesalahan Mukarramah kepadanya. Selesai Ia bermunajat, barulah kuburan Mukarramah kembali seperti kuburan pada umumnya.

Pada akhir cerita yang penuh hikmah ini, dikisahkan bahwa pada akhirnya si Mukarramah masuk Surga dan sang suami masuk neraka. Terdapat juga kisah dengan versi lainnya yang menyebutkan si Mukarramah keduanya sama-sama masuk Surga karena sudah bertaubat.

Pada kisah ini juga tidak dijelaskan bagaimana bentuk bantahan/kedurhakaan si Mukarramah yang menyebabkan Ia diceraikan oleh suaminya tersebut.

Sebagai seorang istri, muncul pertanyaan besar di hati saya, apakah layak seorang suami yang memiliki paket komplit dalam hal keburukan masih harus tetap ditaati?

Terleoas dari shahih atau tidaknya cerita ini, saya hanya heran dan masih tidak habis pikir, apakah memang sebegitu besarnya pengaruh suami terhadap surga dan nerakannya si Istri? Apakah suami yang dzalim kepada istrinya masih layak untuk dihormati dan ditaati? Sementara di sisi lain kewajiban suami tidak dilaksanakan sepenuhnya? Sebagai wanita karir zaman saya secara manusiawi merasa tidak sependapat.


Bukankah wanita dinikahi untuk dididik ilmu agama, dinafkahi, diingatkan dengan kebijaksanaan serta untuk dimukiakan? Jika fungsi istri hanya untuk taat tanpa menimbang perasaannya hancur, rasanya begitu gelap tampak kehidupan yang bernama rumah tangga.


Penulis: Nismawarni, S.Kom
Banda Aceh, Indonesia