JMM Soroti Maraknya Pelibatan Perempuan dalam Aksi Teror, Syukron: Butuh Upaya Khusus

Kepemilikan pistol semi otomatis buatan Belgia, penting diselidiki
Direktur Eksekutif Jaringan Muslim Madani (JMM) Syukron Jamal meminta peristiwa wanita bersenjata api yang menerobos Istana Negara pada Selasa, 25 Oktober 2022 lalu menjadi perhatian serius pemerintah, terutama aparat penegak hukum. 

Syukron Jamal. FOTO: IST

JAKARTA - Syukron berpandangan, potensi ancaman radikalisme, ekstrimisme dan terorisme di Indonesia masih nyata adanya. Namun demikian, ia mengapresiasi kewaspadaan dan gerak cepat yang terukur dari pihak keamanan saat peristiwa tersebut.

"Sehingga tidak menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan," kata Syukron dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 26 Oktober 2022.

Ia berharap, kasus ini tidak berhenti di pelaku. Tapi juga penting diselidiki terkait kepemilikan senjata api jenis FN yang dibawa pelaku. Yakni pistol semi otomatis yang diproduksi oleh Perusahaan Fabrique Nationale d’Armes de Guerre-Herstal (FN Herstal) di Belgia.

"Darimana perempuan tersebut mendapatkan senpi termasuk mendalami apakah ada yang menyediakan perlu untuk diungkap," usulnya.

Syukron menegaskan bahwa paham radikalisme yang masih menjadi ancaman nyata bangsa dan negara, jelas merupakan musuh bersama. Baik musuh peradaban maupun kemanusiaan secara universal.

"Tidak terkait dengan agama manapun," tegasnya.

Kejadian ini, terangnya mengingatkan peristiwa serupa di tahun 2016, saat Istana Negara mendapat ancaman bom dan upaya percobaan teror di mabes Polri oleh Zakiah Aini pada 2021.

Ia mengaku prihatin karena aksi-aksi teror belakangan ini mulai melibatkan kaum perempuan. "Maka dibutuhkan upaya khusus terhadap kelompok perempuan dalam mencegah dan menanggulangi aksi teror," sarannya

Pemerintah, kata Syukron harus terus bekerja keras bersama stakeholder lainnya melakukan upaya antisipasi kewaspadaan dini dan mitigasi mencegah penyebaran paham radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme di Indonesia salah satunya dengan terus menggencarkan program deradikalisasi yang efektif dan efisien baik melalui penegakan hukum, pendidikan moderasi beragama maupun pemberdayaan masyarakat.

"Jangan kendor dan lengah karena penyebaran paham tersebut termasuk yang terpapar kemungkinan masih banyak," pungkasnya.