Ketemu Menkeu Amerika Yellen, Sri Mulyani Konflik Geopolitik Picu Krisis Pangan dan Energi
Yellen sempat keras menolak kehadiran delegasi Rusia di G20
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani kembali mengadakan pertemuan bilateral. Kali ini dengan Menkeu Amerika Serikat (AS) Janet Yellen, di Bali, Sabtu 16 Juli 2022.
BALI- Menkeu atau di Amerika lazim dikenal dengan sebutan Secretary of the US Treasury sempat berbicara cukup lantang menyentil Rusia di pertemuan ketiga Menkeu dan Gubernur Bank Sentral atau 3rd FMCBG G20. Jannet menyebut Rusia tidak pantas mengirimkan delegasi ke acara G20 kali ini.
Seperti diketahui, dua negara yang tengah berperang yakni Rusia maupun Ukraina mengirimkan delegasinya ke acara 3rd FMCBG G20 di Bali. Bedanya, delegasi Rusia hadir secara fisik, sementara Ukraina hadir secara virtual.
Rusia juga punya hal suara dalam forus G20. Sementara Ukraina tidak. Karena negara yang dimpin Volodymyr Zelensky ini bukan anggota dari G20. Tapi, Yellen justru menentang kehadiran Rusia.
"Representasi dari rezim Putin tidak memiliki tempat untuk hadir di forum ini. Kami tetap berdiri bersama masyarakat Ukraina,” tegas Yellen, dalam konferensi pers, Kamis 14 Juli 2022 lalu.
Dua hari setelah pernyataan keras itu, Yellen mengadakan pertemuan dengan tuan rumah, yakni Menkeu Sri Mulyani. Ia dan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini sepakat konflik geopolitik jadi penyebab dari krisis pangan dan energi.
"Kami berdua sepakat bahwa penyebab krisis pangan dan energi yang terjadi merupakan konsekuensi dari isu geopolitik yang belum mengalami de-eskalasi," kata Sri Mulyani seperti dikutip di akun Instagramnya, Sabtu, 16 Juli 2022.
Sebelumnya, Sri Mulyani mengaku baru saja bertemu dengan Yellen di Spring Meeting IMF – World Bank 22 April lalu.
"Di sela waktu penyelenggaraan 3rd FMCBG G20 meeting saya kembali bertemu," terangnya.
Keduanya membahas isu-isu energi dan lingkungan, serta kebijakan Indonesia dan AS terkait hal itu.
"Saya sampaikan untuk mendukung implementasi peralihan penggunaan pembangkit listrik ke sumber energi yang ramah lingkungan dibutuhkan langkah konkret dan teknis, tidak sebatas pada ranah konseptual karena ini membutuhkan pembiayaan yang besar," paparnya.
Di Indonesia, lanjut Sri Mulyani, salah satu langkah nyata yang akan dilakukan, yaitu Energy Transition Mechanism (ETM) yang dicanangkan bersama Asian Development Bank (ADB).
"Kami berdua sepakat bahwa penyebab krisis pangan dan energi yang terjadi merupakan konsekuensi dari isu geopolitik yang belum mengalami de-eskalasi," tegasnya.
Menurutnya, harga energi dunia saat ini melambung dan menimbulkan tantangan pada perekonomian global.
"Untuk mengatasi itu, saya tegaskan bahwa penanganan krisis pangan dan energi di dunia harus diakselerasi karena siapapun berhak mengakses makanan dan energi secara terjangkau," tutupnya. ***
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat bertemu Menkeu Amerika Serikat Jannet Yellen di Bali, Sabtu 16 Juli 2022.. Foto: Instagram @smindrawati |
Seperti diketahui, dua negara yang tengah berperang yakni Rusia maupun Ukraina mengirimkan delegasinya ke acara 3rd FMCBG G20 di Bali. Bedanya, delegasi Rusia hadir secara fisik, sementara Ukraina hadir secara virtual.
Rusia juga punya hal suara dalam forus G20. Sementara Ukraina tidak. Karena negara yang dimpin Volodymyr Zelensky ini bukan anggota dari G20. Tapi, Yellen justru menentang kehadiran Rusia.
"Representasi dari rezim Putin tidak memiliki tempat untuk hadir di forum ini. Kami tetap berdiri bersama masyarakat Ukraina,” tegas Yellen, dalam konferensi pers, Kamis 14 Juli 2022 lalu.
Dua hari setelah pernyataan keras itu, Yellen mengadakan pertemuan dengan tuan rumah, yakni Menkeu Sri Mulyani. Ia dan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini sepakat konflik geopolitik jadi penyebab dari krisis pangan dan energi.
"Kami berdua sepakat bahwa penyebab krisis pangan dan energi yang terjadi merupakan konsekuensi dari isu geopolitik yang belum mengalami de-eskalasi," kata Sri Mulyani seperti dikutip di akun Instagramnya, Sabtu, 16 Juli 2022.
Sebelumnya, Sri Mulyani mengaku baru saja bertemu dengan Yellen di Spring Meeting IMF – World Bank 22 April lalu.
"Di sela waktu penyelenggaraan 3rd FMCBG G20 meeting saya kembali bertemu," terangnya.
Keduanya membahas isu-isu energi dan lingkungan, serta kebijakan Indonesia dan AS terkait hal itu.
"Saya sampaikan untuk mendukung implementasi peralihan penggunaan pembangkit listrik ke sumber energi yang ramah lingkungan dibutuhkan langkah konkret dan teknis, tidak sebatas pada ranah konseptual karena ini membutuhkan pembiayaan yang besar," paparnya.
Di Indonesia, lanjut Sri Mulyani, salah satu langkah nyata yang akan dilakukan, yaitu Energy Transition Mechanism (ETM) yang dicanangkan bersama Asian Development Bank (ADB).
"Kami berdua sepakat bahwa penyebab krisis pangan dan energi yang terjadi merupakan konsekuensi dari isu geopolitik yang belum mengalami de-eskalasi," tegasnya.
Menurutnya, harga energi dunia saat ini melambung dan menimbulkan tantangan pada perekonomian global.
"Untuk mengatasi itu, saya tegaskan bahwa penanganan krisis pangan dan energi di dunia harus diakselerasi karena siapapun berhak mengakses makanan dan energi secara terjangkau," tutupnya. ***
Posting Komentar