Permudah Pasien Cuci Darah, Klikdialisis.com Kolaborasi Dengan KPCDI

Salah satu platform aplikasi di bidang kesehatan klikdialisis.com menjalin kolaborasi dengan Komunitas pasien cuci darah Indonesia (KPCDI) di pekan World Kidney Day, atau Hari Ginjal Sedunia 2022, Jumat (11/3).

Ketua Umum Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Tony Richard Samosir dan Chief Operating Officer klikdialisis.com Kevin Soeharli. FOTO: IST


JAKARTA - Kolaborasi itu diwujudkan dalam bentuk penandatanganan nota kesepahaman, yang diberi judul sinergi dalam peningkatan akses 

informasi Kesehatan ginjal dan layanan dialysis bagi pasien di Indonesia.


Chief Operating Officer klikdialisis.con Kevin Soeharli menjelaskan bahwa pihaknya menyadari bahwa salah satu solusi dalam meningkatkan tingkat kehidupan dan kesehatan khususnya dalam keterbatasan di masa pandemi ini adalah dengan kemudahan akses. 


Saat ini, sebutnya, pasien dialisis yang membutuhkan tindakan harus melakukan kunjungan secara langsung ke unit dialisis, untuk memastikan ketersediaan ruangan untuk mereka yang membutuhkan. Padahal, di era teknologi informasi yang berkembang pesat saat ini dan pandemic COVID-19 yang belum kunjung usai, semestinya  pasien dialisis dipermudah mencari informasi dengan melakukan pemesanan layanan hemodialisis secara digital.


"Tanpa harus melakukan kunjungan ke unit dialisis," kata Kevin dalam keterangannya, di Jakarta, Jumat (11/3).


Oleh karena itu pihaknya 

mengembangkan sebuah sistem yang terintegrasi, berbasis website dan aplikasi untuk mempermudah pasien mencari unit dialisis sesuai kebutuhannya. Karena akses bagi pasien, tidak hanya dapat menghubungi dan mendapatkan informasi yang lengkap, tetapi juga akses untuk mendapatkan layanan dengan mudah, cepat, dan pada saat itu juga. 


Klikdialisis.com, paparnya, memiliki berbagai fitur pendukung untuk mempermudah pencarian informasi, pemesanan dan layanan konsultasi yang berkaitan dengan penyakit 

ginjal. Seperti pasien dapat memilih lokasi unit dialisis yang terdekat dan mudah sesuai dengan kebutuhannya, deteksi lokasi menggunakan melalui sistem Geolocation, filtering kriteria-kriteria layanan dialysis dan bisa disesuaikan dengan penyakit penyerta, form pendaftaran, layanan konsultasi dengan dokter - dokter spesialis/ sub-spesialisis yang berhubungan dengan penyakit ginjal dan akses vaskular, mengulas unit dialisis dan informasi lainnya.


Ketua Umum Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Tony Richard Samosir menilai aplikasi klikdialisis.com dapat membantu pasien dalam mengakses informasi layanan dialisis. 


"Tentunya menjadi salah satu solusi dalam terbatas nya akses informasi mengenai Kesehatan ginjal di Indonesia”, kata Tony dalam acara yang bertajuk, "Ginjal Sehat 

untuk Semua: Menjembatani Kesenjangan Pengetahuan untuk Kesehatan Ginjal yang Lebih Baik” ini.


Ada 4 bentuk dukungan dan komitmen klikdialisis.com dalam menjebatani akses informasi dan layanan dialsisis bagi pasien di Indonesia sebagaimana tercantum dalam nota kesepahaman dengan komunitas pasien cuci darah Indonesia (KPCDI), yaitu;


1. Penyediaan dan pengembangan sistem informasi Kesehatan ginjal dan layanan dialisis 

bagi pasien ginjal kronis di Indonesia.

2. Menghubungkan akses pasien dialysis dengan fasilitas penyedia layanan dialisis dan 

fasilitas kesehatan ginjal lainnya dengan platform klikdialisis.com.

3. Dukungan dalam akses informasi layanan dialysis yang dapat digunakan untuk 

kepentingan pasien dialisis di Indonesia.

4. Promosi Kesehatan ginjal dan edukasi bagi pasien dialisis di Indonesia. 

Klikdialisis.com berharap dapat menjadi solusi atas permasalahan akses informasi

Kesehatan ginjal dan layanan dialisis bagi pasien di Indonesia.


Untuk diketahui, laporan Indonesia Renal Registry tahun 2020, menunjukkan bahwa pasien dialisis aktif pada tahun tersebut berjumlah 130,931 pasien. Turun lebih dari 50,000 pasien karena dampak dari meningkatknya mortalitas pasien pada saat Pandemi Covid-19, dan pasien baru tercatat 61,786 pasien di 2020. 


Sebelum pandemi Covid-19, peningkatan pasien berkisar di pertumbuhan 10- 12 persen setiap tahunnya, yang menempatkan penyakit ginjal kronis dalam peringkat lima besar beban pembiayaan kesehatan pemerintah.