Dari DPR, MUI Hingga Tokoh NU Dukung Santri Tutup Telinga Saat Dengar Musik

Sempat beredar video di sosial media, sekelompok santri menutup telinga akibat adanya alunan musik yang diputar saat vaksinasi. Akibatnya, banyak pihak menilai berlebihan atas sikap para santri tersebut.


Foto santri saat menutup telingan ketika dengar musik. Foto: IST

JAKARTA - Tidak tahu secara pasti dari mana asal santri dan dimana tempat kejadian tersebut. Namun sikap santri yang menutup telinga saat mendengar musik menjadi perbincangan hangat.


Yandri Susanto Ketua Komisi VIII DPR RI pun berkomentar, ia meminta seluruh pihak tidak memberikan lebel radikal terhadap sikap santri yang menutup telinga ketika mendengar musik. Yandri menilai, itu hak para santri jika tidak ingin mendengar musik.

"Jadi jangan gampang melabeli orang lain radikal lah. Itu kan sikap biasa. Mereka penghafal al-Quran, jadi wajar kalau ingin memilih fokus pada hafalannya dan tidak mau dengar musik, itu kan hak mereka," ungkap Yandri dalam keterangannya.

Menurut Yandri, setiap sel dalam tubuh manusia memiliki memori tersendiri, termasuk telinga. Bisa jadi para santri penghafal Quran tidak mau telinganya diisi memori lain selain al-Quran, dan itu adalah pilihan mereka.

Selain itu, harusnya masyarakat tidak ribut terhadap hal-hal yang tidak substansial, apalagi menuduh pihak-pihak tertentu radikal. Menurutnya sudah bagus para santri bersedia divaksinasi.

"Malah sudah bagus para santri mau divaksin. Larena sikap dari pondok, pengasuh, jadi soal tidak mau mendengarkan musik, boleh saja. Mereka kan nggak merugikan siapapun, dan tidak melanggar hukum." ucap Yandri.

Bukan hanya DPR, Wakil Sekjen Majlis Ulama Indonesia (MUI) M. Ziyad juga ikut mengomentari terkait beredar video santri tersebut. Bahkan Ziyad mencontohkan Imam Syafi'i.

"Mohon maaf, Imam Syafi'i saja, kalau pergi ke masjid, telinga disumpal dengan kapas. Tujuannya, ia tidak ingin dengar apapun selama perjalanan dari rumah ke masjid, beliau takut tercampur dengan hafalan hadis, fikih dll. Makanya kita harus proporsional, jernih dalam melihat itu," katanya.

Tidak hanya itu, tokoh  muda Nahdatul Ulama (NU) Nadirsyah Hosen yang biasa disapa Gus Nadir turut komentar di akun twitternya @na_dirs, menurutnya, sikap santri yang menutup telinganya itu bagus, karena mereka tidak ngamuk atau memaksa musik dimatikan meski tidak suka.

"Justru santri menghargai panitia vaksinasi tanpa meminta harus mematikan musik, dan ini terlihat jelas toleransi ustad dan santri untuk memilih menutup telinga dan menjaga diri ketimbang memaksakan paham mereka dengan cara kekerasan," ungkapnya.