Kritik 'Ayahanda Menteri' Soal BEM UI, Dikritik 'Ananda'

Selain menjabat sebagai Menko PMK, Muhadjir Effendy adalah salah satu pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Lazimnya sebagai orang tua di Muhammadiyah, ia menyandang panggilan 'ayahanda'. Nah, kali ini sang ayahanda dikritik 'ananda' yakni kader muda Muhammadiyah perihal BEM UI.


Ketua Bidang Hikmah dan Hubungan Antar Lembaga Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DKI Jakarta Ristan Alfino Addakhil. ILUSTRASI TIMES

JAKARTA - Pasalnya, 'ayahanda menteri' menyebut cara BEM UI mengkritik Presiden Jokowi tidak mencerminkan insan akademis. Kritiknya itu justru menuai kritik balik. Bukan dari BEM UI, tapi dari 'ananda' kader mudanya sendiri.

Salah satunya, ananda dari organisasi otonom (Ortom) Pemuda Muhammadiyah. Namanya, Ristan Alfino Addakhil.

Ketua Bidang Hikmah dan Hubungan Antar Lembaga Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DKI Jakarta itu mengaku tergelitik dengan pernyataan Menko PMK itu.

"Saya tergelitik mempertanyakan, insan akademisi versi-nya pak Menko itu seperti apa? Mengingat beliau adalah seorang pendidik," tanya Ristan dalam keterangannya, Selasa (29/6).

Hal yang sama, sambung dia juga disampaikan ke pihak Rektor Universitas Indonesia yang juga sebagai pendidik.

"Atau mungkin sistem pendidikan kita sudah diubah yang sejatinya menjadikan manusia-manusia merdeka. Atau menjadi robot yang dibungkus dengan kemasan yang namanya manusia?" kritiknya.

Menurutnya, tak ada yang lebih celaka dari pada manusia-manusia yang meninggalkan generasi lemah di belakangnya. Ia menilai keberanian mengemukakan pendapat dan kritik adalah bukti bahwa mahasiswa masih mampu berfikir dan bergerak sekaligus membuktikan mahasiswa bukan lemah.

"Apalagi kaum muda adalah tulang punggung negara dan bangsa di masa depan," tandas Ristan.

Baginya, pendidikan itu membebaskan dan memerdekakan. Oleh sebabnha, setiap insan yang terdidik harus mampu menjadi pencerah dimanapun mereka berada.

"Termasuk dalam menjawab segala isu, polemik dan keresahan masyarakat. Karena insan-insan yang terdidik itu adalah urat nadi masyarakat," tuturnya.

Ia berpandangan, statemen BEM UI yang menyebut Presiden Jokowi sebagai The King of Lip Service harusnya tak perlu dipersoalkan. "Justru patut diacungkan jempol," pungkasnya. (AL)