Hasto Soal BEM UI: Dikritik Sekeras Geledek Pun, Pemimpin Dicintai

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memilih tidak panik ketika Presiden Jokowi, yang didukung partainya dikritik kiri-kanan. Termasuk oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia atau BEM UI.


Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. ILUSTRASI: TIMES

    JAKARTA - Hasto kalem. Karena menurutnya, marah-marah tidak baik untuk kesehatan. Apalagi di tengah pandemi Covid-19.

    "Imunitas bisa turun," kelakarnya sambil tertawa.

    Ia meyakini, para mahasiswa khususnya di BEM UI lambat-laun akan tahu kebenaran di dalam politik. Setelah melihat masalah yang sesungguhnya di lapangan.

    "Zaman sekarang, rakyat sudah paham, bahwa hidup itu dengan perbuatan, bukan sekedar bicara. Kalau toh bicara, harus dengan hati dan kedalaman rasa," sambungnya.

    Hasto lalu menyebut bagaimana kerja-kerja yang dilakukan Presiden Jokowi saat turun ke bawah mengomandoi langsung penanganan pandemi. Termasuk kerja-kerja lainnya di tengah situasi sulit saat ini.

    Sehingga PDIP, tak mau ambil hati alias baper ketika ada ujaran maupun julukan-julukan yang bertendensi merendahkan itu. Karena menurut Hasto, yang terpenting dalam perjuangan politik itu adalah ketulusan dan keyakinan dalam menjawab setiap harapan rakyat.

    "Mau dikritik sekeras geledek menyambar pun, maka pemimpin yang merakyat itu justru akan semakin dicintai rakyat. Ketika ia tetap bergerak dengan penuh keyakinan bersama rakyat. Dan itulah Pak Jokowi," tegasnya.

    Seperti diketahui, kemarin Presiden Jokowi kalem ketika merespons wartawan soal sikapnya usai dikritik mahasiswa.

    "Bagaimana Pak, tanggapan Bapak terkait poster mahasiswa-mahasiswa yang mengkritik Bapak?" tanya wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin.

    Ditanya begitu, Jokowi malah tersenyum. Itu terlihat ketika masker hitam yang dikenakannya dibuka. Air mukanya juga tak terlihat kesal ataupun jengkel. Dengan santai, mantan Wali Kota Solo itu malah menyebut satu-persatu julukan yang pernah disematkan untuknya.

    "Dulu ada yang bilang saya ini klemar-klemer, ada yang bilang juga saya itu plonga-plongo, kemudian ganti lagi, ada yang bilang saya ini otoriter, kemudian ada juga yang ngomong saya ini bebek lumpuh," sebut Jokowi santai. Seperti menahan ketawa.

    Jokowi juga menyebut julukan Bapak Bipang hingga yang terakhir: “The King of Lip Service”. Menurutnya, julukan terakhir itu adalah bentuk ekspresi mahasiswa di negara demokrasi.

    "Jadi kritik itu ya boleh-boleh saja. Dan universitas tidak perlu menghalangi mahasiswa untuk berekspresi," lanjut Kepala Negara. 

    Namun, ada tapinya. "Ingat, kita ini negara timur," ucap Jokowi. (MA)