2 Lebaran Tak Mudik, Saleh Rindu Shalat Id di Kampung

Ketua Fraksi PAN DPR Saleh Partaonan Daulay sudah dua lebaran Idu Fitri tak mudik. Padahal, ia mengaku sudah rindu berat kepingin shalat Id di kampung halaman.


Ketua Fraksi PAN DPR Saleh Partaonan Daulay dan keluarga. Foto: Instagram

JAKARTA - Karena tak mudik, Saleh merayakan lebaran dan menunaikan shalat id di rumah saja bersama keluarga. "Tentu ada sesuatu yang hilang. Rindu shalat Idul Fitri berjamaah di kampung halaman," kata Saleh lewat obrolan WhatsApp, Minggu (16/5).


Kendati demikian, anggota DPR asal Dapil Sumatera Utara II ini mengaku tetap bersyukur. Karena Saleh merasa Ramadan di tengah pandemi masih bisa dilalui dengan khusyuk. Dan masih bisa menunaikan shalat id berjamaah walaupun hanya dengan keluarga di rumah.


"Sehabis shalat, sebagaimana biasanya, kami saling bermaafan. Berharap agar semua salah dan khilaf bisa dihapuskan. Ampunan Allah sangat luas. Karena itu, semua berharap agar dosa dan kesalahan juga diampuni," sambungnya.


Meskipun tak kemana-mana, hidangan lebaran tetap disediakan seperti biasanya. Mulai dari ketupat sayur, ketupat ketan, rendang hingga opor ayam. Ada juga kue-kue yang biasanya disediakan saat lebaran.


"Sehabis itu, kami tidak lupa melakukan video call dengan keluarga di kampung," tuturnya.


Anggota Komisi IX DPR ini menambahkan, teknologi panggilan video ini cukup membantu silaturrahim syawal. Baik dengan keluarga maupun dengan para konstituennya di dapil. Meskipun terpisah jarak, teknologi ini bisa menjadi penawar rindu, saling bermaafan dan menanyakan kabar masing-masing. 


"Bergantian, dari satu desa ke desa lain. Satu rumah, ke rumah yang lain. Sebetulnya video call ini efektif. Hanya saja dirasa kurang sempurna karena sudah biasa Ramadan saling mengunjungi," imbuh mantan Ketum PP Pemuda Muhammadiyah ini.


Bagaimana dengan salam tempel yang juga biasanya ditunggu-tunggu oleh keponakan dan saudara setiap lebaran?


Meskipun tak mudik, Saleh bilang salam tempel tetap ada. Bahkan ia sudah mengirimnya seminggu sebelum lebaran.


"Salam tempelnya dikirim lewat bank. Kita hanya meminta beberapa nomor rekening. Nanti, orang yang dikirimi akan membagi ke keponakan dan anggota keluarga lainnya. Jumlahnya tidak banyak. Hanya sekedar pengingat."


Hingga lebaran hari ke 4, ia mengaku masih enggan kemana-mana. Apalagi setelah melihat pemberitaan banyak kerumunan orang di tempat-tempat wisata dan tidak mematuhi protokol kesehatan (prokes). 


"Tentu, ada rasa was-was dan khawatir jika ke luar rumah. Terutama pada hari pertama, kedua, dan ketiga," tambah Saleh.


Kini, waktu lebih banyak dihabiskan bersama dengan keluarga. Diisi dengan berdiskusi dan bercengkrama. "Bagi saya, waktu seperti ini sangat mahal. Sebab, di masa kerja, sangat sulit untuk membagi waktu. Ya, ambil hikmahnya saja. Semua tentu pasti ada manfaatnya," pungkasnya.