Kemerdekaan Itu Bernama Kemandirian Produk Lokal
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya yang mewajibkan setiap minimarket menyerap minimal 30 persen produk lokal adalah langkah berani.
Kemerdekaan tidak selalu harus dirayakan dengan upacara dan parade. Ia bisa hadir dalam bentuk yang lebih konkret: kemandirian ekonomi, terutama di tingkat akar rumput. Ketika para pelaku UMKM bangkit, ketika produk-produk lokal diberi ruang tumbuh dan bersaing secara sehat, di situlah kemerdekaan menemukan maknanya yang paling nyata.
![]() |
Mas Adi Manggeng |
KEBIJAKAN Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya yang mewajibkan setiap minimarket menyerap minimal 30 persen produk lokal adalah langkah berani dan patut diapresiasi. Ia menunjukkan keberpihakan yang tegas kepada ekonomi rakyat. Namun, seperti banyak kebijakan baik lainnya, implementasi menjadi kunci. Tanpa pengawalan dari hulu ke hilir, kebijakan semacam ini rawan tinggal sebagai angka di atas kertas.
Di sinilah peran kepala daerah menjadi sangat strategis. Dukungan terhadap produk lokal tidak cukup berhenti pada regulasi. Ia harus diikuti dengan upaya konkret yang menyeluruh: membuka akses permodalan yang terjangkau, memastikan ketersediaan bahan baku, meningkatkan kualitas produksi, memperbaiki desain kemasan, hingga membuka jalan menuju pasar yang lebih luas.
Kita tidak bisa berharap produk lokal tumbuh dalam ruang yang timpang. Jika pelaku usaha kecil terus-menerus tertinggal dari segi kemasan, standar kualitas, atau bahkan distribusi, maka keberpihakan menjadi tidak utuh. Pasar memang ajang kompetisi, tetapi juga bisa menjadi ruang pembinaan. Saat regulasi berpihak dan ekosistem dibangun, produk lokal akan lebih siap bersaing bukan karena belas kasihan, tapi karena kualitas yang sejajar.
Menguatkan produk lokal berarti memperkuat fondasi ekonomi nasional. Kita tahu, UMKM menyumbang sebagian besar lapangan kerja di negeri ini. Ketika produk mereka diberi tempat di etalase pasar modern, bukan hanya angka PDB yang tumbuh, tetapi juga martabat keluarga-keluarga kecil di pelosok negeri ikut terangkat.
Dalam semangat peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia, mari kita renungkan ulang arti dari merdeka. Bukan sekadar lepas dari penjajahan fisik, tetapi juga berdiri tegak di atas kaki sendiri. Termasuk dalam hal produksi, konsumsi, dan distribusi.
Sudah saatnya mencintai produk lokal tidak hanya menjadi jargon kampanye musiman. Ia perlu menjadi gerakan bersama, yang dimulai dari pemimpin daerah, diperkuat oleh pelaku usaha, dan diwujudkan dalam pilihan sadar masyarakat. Sebab dari situlah tumbuh kemandirian, dan dari kemandirian itulah lahir kemerdekaan yang sesungguhnya.
Merdeka!
Di sinilah peran kepala daerah menjadi sangat strategis. Dukungan terhadap produk lokal tidak cukup berhenti pada regulasi. Ia harus diikuti dengan upaya konkret yang menyeluruh: membuka akses permodalan yang terjangkau, memastikan ketersediaan bahan baku, meningkatkan kualitas produksi, memperbaiki desain kemasan, hingga membuka jalan menuju pasar yang lebih luas.
Kita tidak bisa berharap produk lokal tumbuh dalam ruang yang timpang. Jika pelaku usaha kecil terus-menerus tertinggal dari segi kemasan, standar kualitas, atau bahkan distribusi, maka keberpihakan menjadi tidak utuh. Pasar memang ajang kompetisi, tetapi juga bisa menjadi ruang pembinaan. Saat regulasi berpihak dan ekosistem dibangun, produk lokal akan lebih siap bersaing bukan karena belas kasihan, tapi karena kualitas yang sejajar.
Menguatkan produk lokal berarti memperkuat fondasi ekonomi nasional. Kita tahu, UMKM menyumbang sebagian besar lapangan kerja di negeri ini. Ketika produk mereka diberi tempat di etalase pasar modern, bukan hanya angka PDB yang tumbuh, tetapi juga martabat keluarga-keluarga kecil di pelosok negeri ikut terangkat.
Dalam semangat peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia, mari kita renungkan ulang arti dari merdeka. Bukan sekadar lepas dari penjajahan fisik, tetapi juga berdiri tegak di atas kaki sendiri. Termasuk dalam hal produksi, konsumsi, dan distribusi.
Sudah saatnya mencintai produk lokal tidak hanya menjadi jargon kampanye musiman. Ia perlu menjadi gerakan bersama, yang dimulai dari pemimpin daerah, diperkuat oleh pelaku usaha, dan diwujudkan dalam pilihan sadar masyarakat. Sebab dari situlah tumbuh kemandirian, dan dari kemandirian itulah lahir kemerdekaan yang sesungguhnya.
Merdeka!
Oleh: Mas Adi Manggeng
Politisi PDI Perjuangan
Posting Komentar