Homepage Widgets (ATF)

Homepage Widgets

Sosiolog: Pendekatan Komunikatif Kepala Daerah Efektif Redam Unjuk Rasa

Asep menyebut kemarahan publik sebelumnya dipicu oleh sikap arogan sebagian anggota DPR yang dinilai buruk dalam berkomunikasi.

Pendekatan komunikatif yang dilakukan sejumlah kepala daerah dinilai berhasil meredam potensi kerusuhan dalam gelombang unjuk rasa belakangan ini. Alih-alih mengedepankan aparat keamanan, para kepala daerah memilih turun langsung menemui massa dan membuka ruang dialog.

Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda Laos saat menemui massa di depan kantor DPRD Kota Ternate, Senin (1/9). Foto: Instagram/s_tjo

JAKARTA — Menurut Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Asep Sunarya, langkah ini menandakan adanya kesadaran baru di kalangan kepala daerah bahwa komunikasi lebih efektif dibanding represi. “Para kepala daerah cepat belajar membaca situasi. Mereka berusaha tampil sebagai pejabat publik yang mau membuka diri,” ujar Asep, Selasa, 2 September 2025.

Asep menyebut kemarahan publik sebelumnya dipicu oleh sikap arogan sebagian anggota DPR yang dinilai buruk dalam berkomunikasi. “Kemarahan publik muncul karena komunikasi DPR buruk, terkesan merendahkan masyarakat. Kepala daerah justru menempuh cara berbeda: dialog,” jelasnya.

Ia menambahkan, pendekatan komunikatif terbukti lebih bisa diterima massa dibanding membenturkan demonstran dengan aparat. “Jika pola ini terbukti berhasil, aparat seharusnya ditarik dari lapangan. Langkah kepala daerah lebih bisa diterima massa dan minim benturan,” tegasnya.

Praktik pendekatan komunikatif terlihat di sejumlah daerah. Di Lampung, Gubernur Rahmat Mirzani Djausal langsung menemui mahasiswa yang berunjuk rasa di depan kantor DPRD Provinsi, Senin (1/9). Aksi berjalan damai tanpa insiden setelah dialog terbuka berlangsung.

Di Sulawesi Tengah, Gubernur Anwar Hafid bersama Wali Kota Palu Hadianto Rasyid serta pimpinan DPRD Sulteng juga turun langsung menemui massa. Mereka sepakat memfasilitasi tuntutan mahasiswa ke pihak terkait sehingga aksi bisa dikendalikan dengan aman.

Hal yang sama terjadi di Maluku Utara. Gubernur Sherly Tjoanda Laos bersama Wakil Gubernur Sarbin Sehe, Ketua DPRD Ikbal Ruray, dan Wali Kota Ternate M. Tauhid Soleman menemui pengunjuk rasa di depan DPRD Kota Ternate. Sherly bahkan mengapresiasi keberanian mahasiswa menyampaikan aspirasi dengan tertib.

Asep menilai sikap proaktif kepala daerah menunjukkan kapasitas kepemimpinan yang matang, berbeda dengan gaya komunikasi sejumlah anggota DPR. 

“Berbeda dengan sebagian anggota DPR, terutama yang berlatar belakang artis, yang cenderung melihat masyarakat sebagai fans, bukan sebagai konstituen. Kepala daerah lebih memahami keresahan rakyat karena berangkat dari akar rumput,” pungkasnya.

Model kepemimpinan berbasis dialog ini, lanjut Asep, menjadi sinyal positif bagi demokrasi lokal. Kepala daerah yang dekat dengan masyarakat dinilai lebih mampu menjaga stabilitas politik sekaligus meningkatkan kepercayaan publik.