Homepage Widgets (ATF)

Homepage Widgets

Prof Rokhmin: Laut Indonesia Bisa Hasilkan Rp 22.800 Triliun Per Tahun Jika Dikelola Profesional

Indonesia perlu mencontoh negara seperti Norwegia yang sukses mengelola industri perikanan, khususnya budidaya salmon, melalui riset dan inovasi.

Indonesia memiliki kekayaan laut yang luar biasa. Namun, potensi itu masih belum tergarap maksimal. Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Prof. Rokhmin Dahuri menyebutkan, sektor maritim Indonesia sebenarnya mampu menghasilkan hingga 1,4 triliun dollar AS per tahun, setara dengan sekitar Rp22.800 triliun, jika dikelola secara profesional dan berkelanjutan.

Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Prof. Rokhmin Dahuri. Foto: TV Parlemen.

JAKARTA — Dalam podcast Sinikhbar: Islam Bahari ala Rokhmin Dahuri yang tayang di kanal IKHBAR TV, Rokhmin mengurai strategi yang menurutnya bisa membangkitkan ekonomi nasional lewat sektor maritim. Perbincangan berdurasi sekitar 40 menit bersama host Sobih Adnan itu mencakup isu pengelolaan laut, pendidikan, hingga spiritualitas dalam bekerja.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini merinci, ada 11 sektor ekonomi maritim yang bisa menjadi penopang utama ekonomi Indonesia. Mulai dari perikanan tangkap dan budidaya, industri pengolahan hasil laut, hingga pariwisata bahari dan energi kelautan. Semua sektor itu berpeluang besar menyerap hingga 40 juta tenaga kerja apabila dikelola dengan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan tata kelola yang baik.

“Saya selalu bilang, bangsa ini bisa sejahtera dari laut. Tapi syaratnya jelas: tata kelola yang profesional, penggunaan teknologi, dan penguatan SDM melalui pendidikan,” ujar Rokhmin.

Pakar kelautan ini menyoroti masih kuatnya cara-cara tradisional dalam sektor perikanan, khususnya di kawasan Pantai Utara (Pantura) Jawa. Praktik overfishing dan minimnya modernisasi membuat banyak wilayah tangkapan ikan terus menurun produktivitasnya. 

Rokhmin menilai Indonesia perlu mencontoh negara seperti Norwegia yang sukses mengelola industri perikanan, khususnya budidaya salmon, melalui integrasi riset, inovasi, dan manajemen modern.

Masalah lain yang disorot adalah rendahnya perhatian terhadap pendidikan kelautan sejak dini. Rokhmin percaya, semangat maritim harus ditanamkan sejak anak-anak agar generasi mendatang tumbuh dengan kesadaran akan pentingnya laut sebagai sumber kehidupan dan kemakmuran.

Ia mengaitkan hal itu dengan rendahnya budaya baca dan literasi di Indonesia. Padahal, menurutnya, pendidikan adalah kunci dari seluruh kemajuan bangsa. Dalam konteks ini, ia menyinggung nilai spiritual dalam ajaran Islam sebagai dasar penting untuk membentuk karakter SDM yang unggul.

“Kalau kita bekerja dengan ikhlas dan ilmu, insya Allah keberkahan dan manfaatnya luas,” ungkap Rokhmin, yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Bogor (UMMI).

Di tengah perbincangan, Rokhmin juga memberikan kritik terhadap program Tol Laut yang selama ini digadang-gadang pemerintah sebagai solusi pemerataan logistik. Menurutnya, program itu belum menjawab akar masalah ketimpangan ekonomi antardaerah.

“Kita tidak bisa bicara logistik murah kalau pusat produksi masih terkonsentrasi di Jawa,” tegasnya.

Menutup pernyataannya, Rokhmin menyampaikan ajakan kepada generasi muda untuk terus bergerak, belajar, dan meneladani sifat laut yang luas, dalam, dinamis, serta membawa manfaat.

“Jadilah seperti laut: terus bergerak, bermanfaat, dan tidak mudah dipecah-belah,” pungkasnya.